JAKARTA - Ketua Komisi III DPR yang membidangi masalah hukum, Gede Pasek Suardika, mengatakan penembakan terhadap anggota Provost Polair Mabes Polri, Bripka Sukardi, di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (10/9/2013) pukul 22:25 WIB menunjukkan teror memasuki stadium serius.

"Teror ini stadiumnya sudah serius, pelakunya sangat nekat, karena dilakukan di lokasi yang strategis, pada jam yang masih ramai untuk ukuran Jakarta," ujar Pasek di lokasi kejadian, Selasa malam.

Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Oegroseno menerangkan Bripka Sukardi terkena dua tembakan dari tiga tembakan yang dilepaskan oleh pelaku. "Satu (tembakan) yang meleset," ujarnya. Peluru, kata Wakapolri, menghujam bagian dada dan perut Bripka Sukardi.

Menurut keterangan sejumlah saksi, pelaku diduga berjumlah tiga orang. Penembak berboncengan menumpang motor matic dan satu orang menumpang motor Honda Supra warna hitam.

Tiga selongsong peluru kaliber 9 mm ditemukan di sekitar jenazah. Diduga, peluru itu berjenis sama dengan yang digunakan pada peristiwa penembakan terhadap anggota Binmas Pondok Kacang, Aipda Kus Hendratma dan Bripka Ahmad Maulana di Jalan Graha Bintaro, Kelurahan Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, pada 16 Agustus 2013 (25 hari lalu). Pelaku penembak polisi di Pondok Aren belum tertangkap. Namun polisi telah menetapkan dua orang pelaku penembakan polisi di Pondok Aren sebagai DPO (Daftar Pencarian Orang) atas nama Nurul Haq dan Hendi Albar.

Sementara itu, sepupu Sukardi yang bernama Suyatno, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (11/9/2013), mengatakan Almarhum memiliki tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Suyatno menambahkan, Bripka Sukardi berasal dari Tulungagung, Jawa Timur.

Anggota Komnas HAM Maneger Nasution berkomentar, Rabu (11/9/2013), "Betapa mahal rasa aman di Jakarta." Ia mendukung polisi mengusut tuntas siapa pelaku penembakan tersebut.

Sebagai catatan, penembakan terhadap Bripka Sukardi ini juga terjadi tepat sembilan tahun setelah peristiwa pengeboman di Kedutaan Besar Australia yang letaknya sederetan dengan Gedung KPK. Jarak antara Gedung KPK dan Kedubes Australia berselang 10 gedung, berjarak sekira 300 meter. Kedua gedung itu berada pada satu kavling C.

Korban bom Kedubes Australia sebanyak sembilan tewas dan ratusan luka-luka. Pelaku bom bunuh diri itu adalah Heri Kurniawan alias Heri Golun - yang diduga juga berkaitan dengan aktivitas Jemaah Islamiyah.

Pada 5 November 2004, polisi menangkap empat orang yang dianggap sebagai pelaku dalam peristiwa ini, yaitu Rois, Ahmad Hasan, Apuy, dan Sogir alias Abdul Fatah di Kampung Kaum, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada 13 September 2005, Rois dijatuhi vonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Sehari kemudian, tersangka lainnya, Hasan, juga dijatuhi vonis hukuman mati. (*/dtc/GN-01)

BACA JUGA: