JAKARTA, GRESNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Situmorang fenomena tutupnya banyak tempat perbelanjaan di Jakarta terjadi akibat empat hal. Pertama adalah turunnya daya beli masyarakat. Berikutnya adalah persaingan yang semakin ketat serta serangan barang impor.

Soal daya beli masyarakat, menurut Sarman ada penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang asal usulnya bersumber dari ketidakstabilan perekonomian nasional. Ekonomi hanya mampu tumbuh sekitar 5%. "Dengan demikian pendapatan masyarakat juga tidak memiliki kenaikan sehingga masyarakat semakin selektif dan menghemat membelanjakan uangnya," ujar Sarman dalam keterangan tertulis, Minggu (17/9).

Kedua adalah soal persaingan antar pusat perbelanjaan yang semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan kawasan properti di wilayah baru.

"Tumbuhnya pasar properti dengan pembangunan berbagai kawasan perumahan, kawasan perkantoran dan apartemen selalu dibarengi dengan adanya pusat perbelanjaan, mini market dan toko-toko, sehingga para penghuninya dalam memenuhi kebutuhannya tidak perlu keluar lagi berbelanja," paparnya.

Ketiga menurut Sarman yaitu akibat banyaknya masuk barang-barang atau produk asing yang sejenis, baik secara legal maupun ilegal. Harga yang lebih murah menjadi pilihan bagi konsumen.

Keempat, pasar e-commerce. Berdasarkan data yang didapatkan oleh Sarma baru sekitar 29% atau sekitar 26,3 juta jiwa masyarakat yang menjadi konsumen dalam pasar tersebut. Artinya memang belum dianggap sebagai penyebab atas fenomena sekarang, namun harus tetap diantisipasi ke depannya.

"Kepada para pedagang yang memiliki toko di pusat-pusat perbelanjaan agar lebih kreatif dan inovatif melihat perkembangan teknologi dan psikologi pasar dan konsumen yang harus dapat menyesuaikan atau beradaptasi sehingga mampu bertahan," ujarnya. (dtc/mag)

BACA JUGA: