JAKARTA, GRESNEWS.COM - Musim haji tahun ini penuh dengan kejutan. Belum juga usai pengusutan jatuhnya crane milik keluarga Bin Laden yang menimpa jamaah haji, musibah lainnya menyusul di Mina. Masalah kian pelik lantaran yang banyak menjadi korban saat tragedi Mina ini adalah warga negara Iran, negara yang selama ini merupakan seteru dari Arab Saudi saling berebut pengaruh di Timur Tengah.

Permusuhan Iran dan Saudi dipicu sejak lama oleh perbedaan sektarian, di mana Iran merupakan negara didominasi penganut Syiah, sedangkan Saudi menganut Sunni. Tragedi Mina ini kian membuat hubungan kedua negara semakin memanas.

Iran menjadi negara yang paling gencar melontarkan kritikan kepada otoritas Arab Saudi, usai tragedi Mina. Apalagi tragedi memilukan ini menewaskan sekitar 131 jemaah haji asal Iran.

"Insiden ini menunjukkan salah pengelolaan dan kurangnya perhatian terhadap keselamatan jemaah haji. Tidak ada penjelasan. Pejabat Saudi harus bertanggung jawab," sebut Kepala Organisasi Pengelolaan Haji Iran, Said Ohadi, seperti dilansir The Washington Post, Jumat (25/9).

Media-media Iran bahkan menyebut kehadiran konvoi kendaraan Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi Mohammad bin Salman Al Saud di dekat lokasi kejadian, yang telah menyebabkan kepanikan para jemaah hingga menimbulkan aksi saling dorong.

MUNCUL AKSI DEMONSTRASI - Untuk memprotes tragedi yang menewaskan lebih dari 700 orang itu, ratusan demonstran menggelar aksi unjuk rasa di Teheran, ibukota Iran. Massa meneriakkan "Matilah dinasti Saudi". Demikian seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (26/9).

Stasiun televisi pemerintah Iran menyatakan, para demonstran tersebut mengungkapkan kemarahan mereka atas ketidakmampuan dan ketidakcakapan Saudi untuk menyelenggarakan haji.

Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani yang menghadiri sidang Majelis Umum PBB di New York, juga menyalahkan Saudi atas tragedi Mina. "Saya minta pemerintah Arab Saudi bertanggung jawab atas bencana ini dan memenuhi kewajiban legal dan Islaminya terkait hal ini," ujar Rouhani menirukan pernyataan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang juga menyalahkan pemerintah Saudi.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian juga menyebut bahwa kelalaian Saudi tak bisa dimaafkan. Dia pun mengumumkan dibentuknya komite untuk menyelidiki insiden tragis tersebut. "Dunia tak akan menerima alasan-alasan seperti cuaca panas atau para jemaah tidak bisa diatur," cetus salah seorang ulama Iran, Mohammed Emami-Kashani.


POLITIK HAJI - Tak dapat dipungkiri siapa pun yang menjadi penjaga dua kota suci yakni Makkah dan Madinah memiliki pengaruh besar dalam dunia Islam. Misalnya Kerajaan Saudi yang mengelola lokasi ibadah haji di abad modern memiliki pengaruh besar dalam dunia Islam modern.

Bahkan akibat tragedi Mina tersebut Walikota Ankara menyerukan agar tanggung jawab Makkah dikembalikan kepada otoritas Turki pada Kamis (24/9). Permintaan tersebut mengingat selama beberapa abad, Kekaisaran Ottoman (kini Turki) yang menguasai Makkah. Tentu saja Kerajaan Saudi menampik permintaan itu.

Kekecewan banyak pihak pada Kerajaan Saudi dalam mengelola dua kota suci dalam islam itu juga dilatarbelakangi oleh  berbagi perombakan yang dilakukan. Aksi Kerajaan Saudi yang menghancurkan berbagai peninggalan Islam dan diganti dengan bangunan modern menyakiti hati umat Islam. Belum lagi aksi Saudi yang ikut campur dalam urusan politik di Yaman juga mengundang celaan.

Awal tahun ini, seorang ulama terkemuka Iran, Ayatollah Javadi Amoli menyerukan agar Makkah dan Madinah dibebaskan dari ´perbudakan dan penjarahan oleh rezim Saudi´. Amoli juga mengecam intervensi Saudi dalam konflik Yaman dan menyerang keluarga Kerajaan Saudi atau yang juga disebut sebagai House of Saud, dengan komentar keras.

"Penjaga Saudi (merujuk pada keluarga Kerajaan Saudi) saat ini, bagaimanapun adalah keturunan dari orang-orang yang mengubahnya menjadi rumah penuh idola dan menghanyutkan diri mereka dalam pesta pora yang memabukkan," tuding Amoli seperti dikutip kantor berita Iran, Mehr News Agency.

"Mereka adalah nenek moyang dari penjaga saat ini, yang kalah dalam judi penjagaan atau menjualnya demi kantong anggur," imbuh Amoli.


TIDAK DISIPLIN - Pemerintah Arab Saudi menuai kritikan atas terjadinya tragedi Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji. Namun otoritas Saudi menyalahkan ketidakdisiplinan jemaaah haji dalam tragedi yang terjadi pada Kamis, 24 September itu.

Dalam editorialnya, media Arab News menyampaikan pembelaan atas langkah-langkah yang telah dilakukan otoritas Saudi untuk menyelenggarakan haji yang diikuti jutaan umat  seluruh dunia. Disebutkan bahwa meski insiden Mina menekankan perlunya upaya-upaya lebih untuk meningkatkan langkah-langkah keselamatan, operasi masiv yang dilakukan pihak Kerajaan Saudi untuk memastikan penyelenggaraan haji yang aman dan nyaman, tak bisa diabaikan.

Meski menyebut tragedi Mina sangat disayangkan, namun media Saudi itu juga menyoroti pentingnya kesadaran dan kedisiplinan para jemaah haji.

"Para jemaah yang membawa tas saat berjalan dan tidak mengikuti instruksi jelas soal pergerakan, juga telah menyebabkan masalah sebelumnya. Tak ada aparat keamanan di dunia yang secara fisik bisa mengendalikan kerumunan yang membengkak menjadi jutaan dalam waktu dan tempat yang terbatas," demikian ditulis Arab News, Sabtu (26/9).

"Kerajaan menghabiskan miliaran riyal untuk manajemen Haji dan mengerahkan sumber daya terbaik untuk melaksanakan proyek raksasa di tempat-tempat suci. Kerajaan menganggap tugas ini sebagai kewajiban Islaminya. Pemerintah tidak mengambil keuntungan apapun dari operasi masiv Haji ini," demikian menurut editorial Arab News yang bertajuk "Tragedi yang Mengguncang Kita Semua".

"Menangani dua hingga tiga juta muslim dari 164 negara dan kultur berbeda adalah sebuah tugas raksasa. Tak ada seorang pun di dunia yang punya pengalaman seperti otoritas di sini dalam memastikan pelaksanaan haji yang lancar. Ini merupakan prestasi organisasional yang fenomenal," tulis Arab News.

Media itu pun menyinggung pihak-pihak yang mengkritik pemerintah Saudi. "Kerajaan kerap mendapat kritikan tidak adil dari beberapa pihak di dunia muslim. Ini harus dihentikan. Para pengkritik akan memberikan pelayanan yang lebih besar untuk tujuan mereka dengan bergandeng tangan dengan Arab Saudi guna membuat pelaksanaan haji tahunan lebih nyaman," tandas media tersebut.


JENAZAH BERTUMPUK - Tragedi Mina, Arab Saudi yang menewaskan lebih dari 700 orang mengejutkan dunia. Sejumlah saksi yang selamat terguncang mengingat peristiwa mengerikan itu. Salah seorang korban selamat menuturkan bagaimana dirinya melihat jasad-jasad bertumpuk-tumpuk.

"Ada jasad berlapis-lapis, mungkin tiga lapis," ujar saksi mata seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (26/9).

Hal yang membuat miris diantara tumpukan tersebut banyak pula orang yang masih hidup. Namun akibat tak adanya pertolongan dengan segera mereka pun akhirnya meninggal. "Beberapa orang mencoba bangun namun gagal, akhirnya karena kekuatan mereka habis, mereka pun meninggal," tutur jemaah haji yang tak ingin disebut namanya.

"Saya merasa tak berdaya karena tak bisa menyelamatkan orang-orang. Saya melihat mereka sekarat di depan mata saya," ujar pria tersebut.

Hal senada disampaikan seorang jemaah haji asal Aljazair kepada stasiun televisi Aljazair, al-Shurouk. Dikatakannya, dirinya melihat sendiri bagaimana jasad-jasad bertumpuk.

Atas tragedi ini, Raja Salman telah memerintahkan peninjauan ulang atas penyelenggaraan haji. Menteri Kesehatan Saudi Khalid al-Falih pun mengatakan, penyelidikan akan dilakukan dengan cepat dan hasilnya akan disampaikan ke publik secara transparan.

Dalam pernyataannya, Khalid mengatakan tragedi itu kemungkinan disebabkan sebagian jemaah haji yang bergerak tanpa mengikuti instruksi pihak-pihak terkait. (dtc)

BACA JUGA: