JAKARTA, GRESNEWS.COM - Bila salah urus bukan tidak mungkin sebuah negara bisa bangkrut gara-gara tidak bisa membayar utang. Salah satunya adalah negeri mitos dewa dan dewi Yunani yang terbelit utang sebesar 1,54 miliar euro, atau sekitar Rp 22 triliun ke International Monetary Fund (IMF). Dengan tenggat waktu pembayaran jatuh pada 30 Juni 2015 mendatang tentu membuat pemerintah Yunani kelimpungan mengingat kondisi ekonomi mereka saat ini sedang memburuk.

Sejatinya kondisi Yunani bisa terhindar dari kebangkrutan lantaran sudah ada kreditor yang siap memberikan utang baru untuk menutup pinjaman tersebut. Sayangnya, Pemerintah Yunani belum menyetujui berbagai syarat dari kreditor. Negosiasi masih terus dilakukan antara kreditor, yakni IMF (Dana Moneter Internasional), ECB (Bank Sentral Eropa), dan Komisi Eropa dengan pemerintah Yunani untuk penyelesaian utang tersebut.

"Semua investor harus mulai memperhatikan perkembangan di Yunani, karena jika tidak tercapai kesepakatan dan Yunani keluar dari Eropa, maka akan ada gejolak di pasar keuangan dunia," kata Manajer Portofolio Quantitative Management Associates, Edward Campbell, kepada CNBC, Kamis (25/6).

Para kreditor siap memberikan pinjaman 7,2 miliar euro, syaratnya Pemerintah Yunani harus melakukan reformasi ekonomi dan penghematan anggaran. Reformasi keuangan yang diminta mulai dari memangkas uang pensiun pegawai pemerintah hingga meningkatkan pajak penjualan.

Namun sampai saat ini kesepakatan antara pemerintah Yunani dengan krediturnya belum tercapai. Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras semalam melakukan perundingan selama 7 jam dengan Troika alias tiga serangkai Uni Eropa, European Central Bank (ECB), dan IMF. Namun sayangnya, setelah 7 jam berunding, tidak ada kata sepakat yang tercapai.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (25/6/2015), para pihak terkait akan melanjutkan pertemuan pada Kamis pukul 09.00 waktu setempat sebelum rapat antara para menteri keuangan Uni Eropa pada Kamis pukul 13.00. Namun kegagalan perundingan tersebut dapat membuat keadaan ekonomi bisa kacau.

Berulang kali negosiasi gagal dan membuat pasar keuangan global justru bergejolak. Kata sepakat sangat ditunggu para investor. Sebab ini yang akan menjadi kepastian dari arah perekonomian ke depan.

BERPENGARUH KE INDONESIA - Indonesia, mau tak mau harus ikut terpengaruh di dalamnya. Meskipun Indonesia dan Yunani tak terkoneksi secara langsung. Namun, di era perekonomian sekarang, negara manapun yang sedang bergejolak akan terkena dampak.

Kawasan Eropa memang mengalami tekanan paling besar akibat ketidakpastian Yunani. Seperti yang terlihat pada nilai tukar Euro dan indeks saham Eropa dalam beberapa waktu terakhir.

"Situasi di pasar keuangan Eropa berpotensi lebih bergejolak jika situasi utang di Yunani kembali memburuk. Yunani saat ini masih dihantui oleh kewajiban pembayaran utang pada bulan ini. Kegagalan pembayaran utang Yunani akan memberi sentimen negatif ke nilai tukar euro dan indeks saham Eropa," kata Myrdal Gunarto, Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), Kamis (25/6).

Hal ini sekaligus menjadi sentimen negatif bagi pelaku pasar dari negara lain. Karena artinya pasar keuangan tengah mengalami guncangan. Ada kecenderungan dana akan mengarah ke Amerika Serikat (AS) karena dianggap sebagai safe haven country. Termasuk dari Indonesia.

Kondisi ini akan membuat dolar AS menguat terhadap mata uang negara lain. Rupiah pun juga akan terperosot cukup dalam dan berdampak terhadap perekonomian nasional. "Perkembangan utang Yunani yang masih belum jelas juga akan mendorong pelemahan Rupiah lebih lanjut," sebutnya.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan kalau sampai Yunani gagal bayar, risiko atas surat utang dari emerging market jadi naik, terutama di bond market. "Kalau saham itu negatif sementara. Kalau di bond itu badan pemeringkat akan menganggap emerging market kemungkinan gagal bayarnya tinggi," kata Lana, Kamis (25/6).

Pada sisi lain, nilai tukar rupiah juga akan mengalami tekanan seperti mata uang negara lainnya. Sebab investor lebih memilih mengarahkan dananya ke Amerika Serikat (AS). "Intinya rupiah cenderung melemah. Ini jeleknya, mudah-mudahan itu nggak terlalu lama. Karena banyak yang sudah mempertimbangkan kalau itu gagal itu bisa menerima," sebutnya.

Diharapkan dolar AS masih bergerak pada level Rp 13.300-13.400. Meskipun besar peluang rupiah untuk melemah cukup dalam. "Untuk sementara masih bisa ketahan di level itu. Walaupun ruang ke atas masih terbuka. Artinya. Kalau tembus Rp 13.400 akan mencoba naik lagi. Efeknya mungkin hanya minggu pertama, itu yang kelihatannya agak berat," terangnya.

EKONOMI LAMPU MERAH - Melemahnya rupiah terhadap dollar akan memberikan efek bola salju bagi perekonomian Indonesia. Maka dari itu, meskipun persoalan Yunani menjadi faktor di luar kontrol pemerintah. Namun tetap tak bisa luput dari perhatian pemerintah. Penguatan fundamental ekonomi adalah langkah yang sejatinya harus direalisasikan. Hal yang selama ini luput dari perhatian pemerintah sehingga ekonom senior Rizal Ramli menyebut perekonomian Indonesia kondisi lampu merah.  

"Awal krisis ekonomi saat ini adalah warisan SBY yang nyaris tidak lakukan apa-apa untuk mengurangi quatro deficits sejak 2012," kata Rizal Ramli dalam akun twitternya, @RamliRizal, Senin malam (15/6).

Rizal Ramli mewanti-wanti mengenai akibat dari kondisi ini. Banyak pemimpin tenggelam karena krisis, tapi ada yang berhasil membuatnya menjadi peluang dan kebangkitan.  Jika diatasi dengan cara-cara konvensional krisis tidak akan bisa teratasi karena masalah (ekonomi) Indonesia sudah terlalu ruwet dan ribet.

Rizal yang pernah menjabat Menko Perekonomian era pemerintahan Abdurrahman Wahid mengatakan, untuk mengatasi krisis tidak cukup hanya dengan meningkatkan biaya pengeluaran untuk infrastruktur. Langkah ini perlu ditambah dengan kebijakan investasi, perdagangan, dan konsumsi. Langkah lainnya, lakukan revaluasi asset-asset BUMN yang jika ini dilakukan akan meningkat nilai modal BUMN empat hingga lima kali.

"Tambahkan ke modal sehingga BUMN bisa terbitkan obligasi untuk biayai proyek-proyek infrastruktur," katanya.

Menurutnya paradigma infrastruktur dibiayai oleh APBN harus diubah dengan pembiayaan BUMN via revaluasi aset dan swasta. Prioritaskan APBN hanya untuk pengurangan kemiskinan dan fasilitas rakyat.

Tak lupa, katanya, mafia-mafia impor pangan harus disikat. Ganti sistem quota dengan tarif. Kalau sistem kuota dihapuskan dan diganti dengan sistem tarif, dipastikan impor akan lebih kompetitif dan harga bahan pangan akan lebih murah.

Hal penting lainnya, kata dia, paradigma hanya bisa naikkan harga-harga harus diganti dengan paradigma turunkan harga. Harga dapat diturunkan antara lain dengan peningkatan effisiensi, sikat KKN, mafia dan kartel. "Saat ini, penjualan ritel merosot 30 persen. Banyak kelebihan kapasitas Industri dalam negeri. Berikan fasilitas kredit ekspor untuk manfaatkan kelebihan kapasitas untuk tembus pasar ekspor baru,"katanya. (dtc)

BACA JUGA: