JAKARTA, GRESNEWS.COM - Fit and proper test calon pimpinan (capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) minggu lalu mengindikasikan antusiasme anggota DPR lebih condong kepada Robby Arya Brata,  dibanding Busyro Muqqadas. Kondisi ini dinilai Indonesia Indonesia Corruption Watch (ICW) akan berdampak buruk bagi pengusutan kasus Century yang belum juga rampung.

"Jika Robby terpilih maka kami mengkawatirkan akan ada pengganjalan kasus Century," kata Emerson Juntho Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW kepada Gresnews.com, Selasa (9/12).

Artinya DPR lebih memilih pemberantasan korupsi melewati aspek pencegahan dibanding penindakan. Tidak menampik bahwa proses pencegahan memang penting, tapi sistem dan pemimpin yang dipilih akan menjadi bumerang bagi KPK.

Ia merasa perlu mengingatkan DPR akan rekam jejak capim KPK. Jika memang DPR ingin melemahkan fungsi KPK maka tentu nanti akan dipilih calon yang lemah, begitu pula sebaliknya. "Saya tidak mengatakan siapa yang lebih lemah, tapi kecenderungan DPR lebih kepada Robby," ujarnya.

Menurutnya, sistem pencegahan dan penindakan harus sama-sana bersinergi untuk pemberantasan korupsi yang sudah benar-benar mengakar. Tak hanya cukup aspek pencegahan di akar saja namun pucuknya tak dihabisi. "Nanti kita lihat hasilnya, kami juga sedang bentuk tim panel untuk menilai hasil fit and proper tes," bebernya.

Sebelumnya dalam fit and proper test Anggota Komisi III Fraksi Nasdem Akbar Faisal
mempertanyakan independenitas Robby. Mengingat Marsilam Simanjuntak yang diindikasikan terkait kasus Century merupakan orang dekat capim KPK satu ini. "Nanti bisa-bisa Century tidak selesai dong," katanya di Ruang Rapat Komisi III DPR RI, Senayan, Kamis (4/12).

Pada kesempatan yang sama Robby langsung membantah kecurigaan tersebut. Dirinya menyatakan termasuk orang yang kritis dan tidak bisa berada di pemerintahan. Kariernya merasa dihambat karena terus menerus kritis terhadap pemerintah. Sehingga ia memilih jalur KPK sebagai pengabdian. "Marsilam memang dekat dengan saya tapi saya tidak pernah minta rekomedasi dia atas KPK," belanya.

Marsilam Simanjuntak merupakan orang dekat Mantan Presiden SBY. Keberadaannya di rapat maha penting Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) yang membahas bailout Rp 6,7 triliun menjadi kontroversi. Sebab menjadi pertanyaan besar, mewakili siapa dan sebagai apa mantan tokoh Malari ini berada di sana?

Kapasitas Marsilam terlihat saat dia bersaksi di hadapan Pansus Century 2010.  Jika sejumlah pejabat sebelumnya seperti Sri Mulyani dan Boediono terkesan kikuk menghadapi Pansus, namun Marsilam tampil dengan sangat sempurna, menguasai masalah, memahami psikologis penanya, tenang, dan retorik. Bahkan hingga kini, Kasus Century sejak pembentukan Pansus DPR belum mengalami perkembangan signifikan atau  hingga menyentuh dirinya.

BACA JUGA: