JEJARING sosial Friendster sebelumnya dikenal sebagai situs jejaring sosial. Sebelum dirancang ulang, layanan ini memungkinkan pengguna berkomunikasi dengan anggota lain, serta berbagi konten dan media dalam jaringan (daring) dengan anggota tersebut. Facebook diperkirakan bernasib sama seperti Friendster dan mati sebelum 2020 lantaran harga sahamnya terus melorot.

Situs Friendster ini dulunya digunakan untuk berkencan dan mencari tahu tentang acara baru, band, dan hobi. Pengguna dapat berbagi video, foto, pesan dan komentar dengan anggota lain melalui profil dan jaringan mereka.

Friendster dianggap sebagai salah satu jejaring sosial asli dan bahkan ´kakek´-nya semua jejaring sosial. Layanan ini sangat populer di kawasan Asia Tenggara. Namun kini Friendster meredup dan berganti rupa menjadi situs permainan sosial yang berfokus pada permainan dan musik yang berpusat di Mountain View, California. Terpinggirkan setelah hadirnya Facebook.

Tampaknya ´hukum karma´ berlaku pula pada teknologi dan bisnis Facebook dan diramalkan mati delapan tahun lagi. Pemicunya adalah ajloknya harga saham Facebook yang menjadi pertanda awal keterpurukan jejaring sosial ini.

Seorang analis investasi senior Ironfire Capital, Eric Jackson memprediksi Facebook akan kolaps di lantai saham dan hilang delapan tahun kedepan.

Jackson melalui wawancara dengan Bloomberg memperkirakan nasib Facebook akan sama susah payah berjuang menghadapi era mobile web yang modern dan akhirnya akan punah.

Kepada Bloomberg, Jackson mengingatkan bahwa Facebook seharusnya terus berjuang dengan inovasi dan versi mobile yang lebih baik jika tidak ingin ditinggalkan.

"Dalam lima sampai delapan tahun terlihat tanda-tanda keterpurukan mereka seperti yang dialami oleh Yahoo. Yahoo tetap menghasilkan keuntungan, tetap memperkerjakan 13.000 karyawan tetapi secara real hanya 2.000 karyawan yang benar-benar bekerja. Bisa dikatakan ini merupakan sebuah keterpurukan," kata Jackson.

Jackson memprediksi Facebook akan kesulitan mengikuti generasi-generasi teknologi terbaru dan berusaha beralih ke ´mobile´.

"Betapapun anda sukses pada satu generasi, sulit untuk sukses di generasi berikutnya. Meski Anda punya dana besar. Meski anda punya banyak karyawan bergelar PhD," kata Jackson.

Contohnya adalah Google, lanjut Jackson. Dia mengemukakan Google susah payah beralih ke media sosial seperti Facebook.

"Dunia semakin cepat, semakin kompetitif, dan saya perkirakan mereka yang merajai di era terdahulu akan kesulitan menyongsong masa berikutnya," ungkapnya lagi.

BACA JUGA: