Diresmikan pertama kali oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 21 September 2015, mesin bor raksasa Antareja terus mengeruk perut bumi untuk membuat terowongan bawah tanah Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Jokowi memberi nama mesin bor ini Antareja terinspirasi tokoh pewayangan yang bisa menembus bumi.

Mesin berdiameter 6,7 meter dan berat 323 ton itu akan menggangsir bumi untuk membuat jalur MRT dalam tanah dari Patung Pemuda, di kawasan Senayan, hingga kawasan Setia Budi, Kuningan, Jakarta. Pengeboran bawah tanah proyek MRT ini akan berlangsung selama 24 jam setiap harinya dengan kecepatan delapan meter per hari, dan rencananya akan berlangsung hingga Desember 2016.

Proyek yang tertunda selama 24 tahun ini akan membentang sepanjang 110,8 kilometer yang dibagi menjadi dua koridor, yakni Koridor Selatan - Utara (Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang 23,8 kilometer dan Koridor Timur - Barat sepanjang 87 kilometer. PT MRT membutuhkan empat mesin bor untuk membangun enam stasiun bawah tanah di Jakarta. Stasiun bawah tanah MRT yang akan dibangun antara lain Stasiun Bunderan Hotel Indonesia, Dukuh Atas, Setiabudi, Bendungan Hilir, Istora dan Bundaran Senayan. Pembangunan jalur Lebak Bulus–Bundaran HI diperkirakan selesai pada 2018 dan akan bisa mengangkut sebanyak 280.000 penumpang setiap hari.

Saat ini pembangunan Tahap I dari MRT Jakarta dengan rute dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI sepanjang 15,7 kilometer terus dikebut. Penyelesaian proyek MRT Jakarta Tahap I sudah mencapai 50 persen untuk terowongan bawah tanah, dan 22 persen untuk jalur layang. Kehadiran Mass Rapid Transit di Jakarta sebagai moda transportasi masal baru yang di harapakan bisa menjadi solusi kemacetan Jakarta yang semakin akut. (Edy Susanto/gresnes.com)

BACA JUGA: