Jakarta -  Mantan Menteri Koordinator Perekonomian,  Rizal Ramli meminta pemerintah mewaspadai spekulasi sejumlah pihak yang menawarkan mekanisme protokol finansial jikalau Indonesia terimbas krisis ekonomi dunia.
 
“Financial protocol merupakan upaya yang ingin dilakukan sejumlah pihak untuk menyelamatkan bank lagi. Ujung-ujungnya ingin agar pemerintah kembali mengucurkan dana talangan untuk bank,” kata Rizal dalam diskusi bertema Krisis Ekonomi dan Kejatuhan Pemimpin, di Jakarta, Selasa (15/11).
 
Mekanisme protokol finansial tersebut menurut Rizal, hampir sama dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang digelontorkan pada sejumlah bank pada masa krisis 1998. Bukannya mampu membawa Indonesia keluar dari krisis, BLBI justru membuat masyarakat semakin miskin.

“Sepertiga total anggaran negara saat itu habis untuk menyelamatkan bank, namun masyarakat tetap miskin,” kata Rizal
 
Mekanisme BLBI, menurut Rizal hanya memindahkan utang privat menjadi utang publik. Mekanisme semacam itu justru membuat orang kaya yang jumlahnya hanya satu persen, menjadi semakin kaya.
 
Kondisi demikian diharapkan tak kembali terulang pada masa kini. Walaupun Indonesia relatif aman dari imbas krisis ekonomi Eropa, namun Rizal mewanti-wanti agar mekanisme pengucuran bantuan ke bank tak lagi dijadikan sebagai solusi.

“Indonesia saya kira pasti kena (dampaknya), tapi tak sehebat yang dibayangkan,” kata Rizal
 
Namun begitu, Indonesia harus waspada karena dari total devisa sebesar US$110 miliar, pemerintah hanya menguasai seperempatnya. Sisanya dikuasai swasta yang sewaktu-waktu bisa menarik dananya karena aturan di Indonesia memungkinkan mekanisme semacam itu.

“Kunci untuk menuju ke sana, pemerintahnya harus efektif agar investasi di dalam negeri semakin tumbuh,” jelas Rizal

BACA JUGA: