JAKARTA, GRESNEWS.COM - Harga bahan bakar minyak (BBM) dunia diprediksi akan kembali turun bulan depan. Saat itu bersamaan pemerintah melakukan evaluasi tiga bulanan  untuk menentukan Indonesia Crude Price ( ICP). Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia ( IWAPI) mendesak pemerintah menurunkan harga premium menjadi Rp 5000.

Ketua IWAPI Nita Yudi mengatakan harga premium saat ini sebesar Rp7.050 per liter,  jika diturunkan  menjadi Rp.5000 akan menurunkan biaya operasional industri. Sehingga industri dalam negeri akan memiliki daya saing.

"Kalau BBM turun biaya industri turun, jadi bisa berdaya saing," kata Nita di Jakarta, Kamis (10/3).

Nita berharap dalam menentukan harga BBM jenis Research Octane Number (RON) 88,  pemerintah  menyesuaikan dengan kondisi harga minyak mentah dunia yang terus merosot.

"Nanti harga bagusnya dilihat per barel berapa? terus untuk Indonesia pantasnya berapa?, memang kalau di Malaysia lebih murah, kalau di Indonesia pemerintah harus memproses tiga bulanan untuk menurunkan BBM. Seharusnya dengan penurunan harga minyak mentah dunia, harga harus turun juga ," ujarnya.


BERESIKO - Sementara itu anggota Komisi VII DPR RI, dari Fraksi Nasdem, Kurtubi mengingatkan agar pemerintah tidak penurunan harga BBM di bawah Rp 5.000 per liter.  Sebab menurut Kurtubi penurunan harga premium yang terlalu besar akan beresiko. Terutama jika di kemudian hari harga minyak mentah dunia kembali naik tinggi. Penurunan harga  yang terlalu jauh, maka akan berpengaruh pada besaran angka saat BBM kembali dinaikkan.

"Bisa mengundang reaksi besar-besaran dari pihak masyarakat, kalau turunnya banyak, karena bisa jadi nanti naiknya akan banyak," kata Kurtubi kepada gresnews.com, Kamis (10/3).

Namun politisi Partai Nasdem ini menegaskan, rendahnya harga minyak mentah dunia  saat ini, tetap menjadi momen yang tepat  bagi pemerintah untuk menurunkan BBM lewat instrumen kebijakan harga. Namun penurunan BBM tersebut, sebaiknya tidak terlalu banyak, seperti yang diramaikan di berbagai kalangan yang menginginkan harga BBM turun di bawah Rp 5.000 per liter.

Seperti diketahui sebelumnya,  Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta pemerintah menurunkan harga BBM jenis premium menjadi Rp5.000/liter. Presiden KSPI Said Iqbal mengungkapkan, akan melakukan demo besar-besaran jika pemerintah tidak menurunkan harga BBM tersebut.

"Sekarang harga keekonomian premium Rp5.000/liter, kalau mau turun jadi Rp5.000/liter dan solar Rp4.500/liter, kalau tidak kita demo besar-besaran," ancam Said.

Sementara itu, pemerintah juga  telah menginstruksikan kepada PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) penugasan jenis premium dan BBM bersubsidi jenis solar mulai 1 April 2016. Hal ini mengingat tren penurunan harga minyak mentah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Ya  1 April Insya Allah turun sesuai periodisasinya," ujar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, Selasa (1/3).

Diketahui, BBM jenis Premium dan Solar bersubsidi saat dijual Rp7.050 dan Rp5.750. Meski begitu, Bambang masih enggan membeberkan lebih detil mengenai angka penurunan harga BBM penugasan dan subsidi tersebut.

Sedang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said masih irit bicara ihwal rencana penurunan harga BBM penugasan dan subsidi akhir bulan mendatang. "Penetapan harga BBM masih ditentukan dalam tiga bulan," kata Sudirman, kemarin.

Sudirman mengatakan  keputusan pemerintah untuk mengkaji harga BBM setiap tiga bulan  agar ada stabilitas sehingga harganya tidak terlalu sering turun atau pun terlalu sering naik. Keputusan review harga BBM per tiga bulan itu, telah didiskusikan sangat panjang. Awalnya ada yang usul satu tahun sekali, enam bulan sekali. Bahkan   pernah dicoba sebulan sekali juga. "Nah kita ingin supaya ada stabilitas, tapi juga tidak terlalu jauh," katanya di  Kadin, Jakarta, Kamis (10/3).

Ia pun  meminta masyarakat untuk tenang dan menunggu keputusan pemerintah,  akhir bulan ini. Pemerintah menurut dia, terus memantau pergerakan harga minyak dunia yang masih naik turun akhir-akhir ini.

Sudirman memastikan,  pihaknya  akan menggunakan review 3 bulan. Sehingga  review akan dilakukan akhir bulan ini, karena review terakhir pada Januari lalu. "Jadi tidak usah khawatir kita akan sesuaikan. Tapi kita tidak ingin naik turun terlalu sering, kasian nanti pengusaha susah merencanakannya," jelasnya.










BACA JUGA: