JAKARTA- Harga minyak mentah dunia kini telah mencapai level terendahnya di kisaran US$20 per barel.

Bahkan di beberapa lokasi tertentu di Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh level terendah, minus US$37,63 per barel.

Namun rendahnya harga minyak dunia itu tak serta merta membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia turun.

Rupanya ada revisi formulasi harga jual BBM yang dilakukan Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Arifin menganulir Keputusan Menteri ESDM Nomor 187K/10/MEM/2019 yang diteken pada 7 Oktober 2019 oleh Menteri ESDM yang lama, Ignasius Jonan. Arifin lalu mengeluarkan Kepmen ESDM Nomor 62K/MEM/2020 tertanggal 28 Februari 2020.

Revisi aturan dari Arifin terkait waktu penentuan parameter bulan berjalan dalam rumusan harga jual BBM menjadi dua bulan atau setiap tanggal 25 dua bulan sebelumnya sampai tanggal 24 sebulan sebelumnya. Sedangkan dalam aturan lama, Jonan dan juga Menteri ESDM 2014 saat Sudirman Said memimpin, waktu penetapan tersebut hanya mundur sebulan.

Dengan aturan baru ini, turunnya harga BBM diperkirakan baru bisa dinikmati masyarakat pada Mei dan Juni 2020.

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rofik Hananto, menilai kebijakan Arifin tak berpihak kepada rakyat.

"Jadi kenapa tiba-tiba berubah Kepmen-nya di saat harga minyak terus turun hingga di bawah 50 persen bahkan lebih?" kata Rofik dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri ESDM yang digelar secara virtual dan diikuti Gresnews.com, Senin (4/5).

Akibat aturan baru itu, rakyat seolah bersedekah ke Pertamina karena harga BBM jauh di atas keekonomiannya. Padahal rakyat sedang dalam kondisi susah karena pandemi COVID-19.

"Harusnya sudah turun di Februari dan rakyat bisa menikmati BBM yang lebih murah. Kan kasihan rakyat, sudah derita karena korona dan sedekah ke Pertamina setiap hari seperti yang dibilang Pak Dahlan Iskan. Ini bahkan sedekah ratusan miliar per hari," ujarnya.

Menteri ESDM Arifin Tasrif beralasan harga bensin setara Ron 95 Indonesia pada periode Januari hingga Februari 2020 masih tergolong yang terendah di kawasan ASEAN.

"Di Indonesia, sudah turun harga pada 5 Januari 2020. Sebagai catatan, sebelum diturunkan ini harga BBM Indonesia tercatat paling murah di kawasan Asean. Februari juga dilakukan penurunan karena ada indikasi penurunan crude," ujarnya.

Pemerintah saat ini mengambil sikap untuk tetap mempertahankan kebijakan harga. Maka, Arifin memastikan penerapan harga jual eceran bulan Mei masih akan tetap sama dengan harga bulan April.

"Pemerintah tetap mempertahankan kebijakan Jenis BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP)," tegas Arifin, Senin (4/5).

Ia menambahkan, masih memantau kondisi harga minyak mentah dunia serta menanti stabilnya nilai tukar rupiah. Selain itu juga masih menanti dampak kesepakatan pemangkasan produksi antara negara-negara OPEC dan non-OPEC yang dilakukan mulai bulan Mei ini.

Pemangkasan produksi tersebut akan berlangsung terhitung mulai Mei sebesar 9,7 juta barel. Kemudian di semester II-2020 anggota OPEC+ bakal menurunkan produksi sebesar 8 juta barel. Selanjutnya pemotongan produksi minyak diprediksi mencapai 6 juta barel pada medio 2021-2022.

Pemerintah terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia yang masih belum stabil, yang memiliki volatilitas yang tinggi.

"Diperkirakan harga akan rebound ke level US$ 40 per barel di akhir tahun, waktu cukup lama makanya kami masih cermati perkembangan terutama di bulan Mei dan Juni," tandas Arifin. (G-2)

BACA JUGA: