JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tak ada seremoni meriah yang menandakan dilantiknya Djarot Kusumayakti sebagai Direktur Utama Perum Bulog menggantikan Lenny Sugihat yang baru saja dicopot. Sama seperti Lenny, Djarot sebelumnya adalah bankir di PT BRI (Persero) tbk.

Prosesi pergantian Dirut Bulog itu sendiri berlangsung lancar. Djarot mengaku sudah dihubungi pihak Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak 2 pekan lalu. "Sudah dihubungi dua minggu. Ya nggak terlalu lama. Sangat singkat," kata Djarot di Kantor Kementerian BUMN, Senin (8/6)

Djarot Kusumayakti mengatakan, dirinya tak khawatir apabila nanti kinerjanya dianggap tak memuaskan pemegang saham atau kementerian BUMN. Seperti diketahui dirut utama Perum Bulog yang lama Lenny Sugihat hanya bertahan sebagai orang nomor satu di Bulog hanya 5 bulan, karena dianggap gagal menyerap beras petani.

"Nggak, saya nggak khawatir," katanya.

Bahkan dengan tegas, Djarot minta segera dicopot bila kinerja tak memuaskan, tanpa harus menunggu diganti oleh pemegang saham. "Kalau gagal saya nggak akan tunggu dicopot tapi saya akan langsung minta dicopot. Saya mundur," katanya.

Djarot sebelumnya merupakan bankir dari PT BRI (Persero) Tbk, sebagai direktur UMKM. Djarot merupakan lulusan S1 jurusan Ekonomi Perusahaan, Universitas Islam Yogyakarta. Ia melanjutkan pendidikannya S2 Manajemen Keuangan, di Universitas Airlangga.

Djarot masuk ke BRI pada 2005 sebagai Wakil Pimpinan Wilayah Jakarta PT BRI (Persero). Pada 2005-2010 menjabat sebagai Kepala Divisi Analisis Risiko Kredit BRI. Selanjutnya ia menjabat sebagai Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BRI sejak 2010 sampai sekarang.

Tak hanya Djarot, pergantian ini juga dilakukan atas beberapa direksi Bulog lainnya. Direktur Pelayanann Publik Bulog Lely Soebakty, juga digantikan oleh Wahyu Suparyono, yang sebelumnya sebagai Dirut PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI)

Alasan pergantian Lenny sendiri terjadi karena Lenny dinilai tak mampu memenuhi target. Lenny diangkat oleh Menteri BUMN Rini Soemarno sebagai Dirut Bulog pada 31 Desember 2014, dan efektif bekerja pada 2 Januari 2015.

Di bawah kepemimpinan Lenny yang telah mencapai bulan ke-6, Perum Bulog belum bisa memenuhi target penyerapan beras petani. Perum Bulog mencatat serapan pengadaan beras pada awal Mei 2015 baru mencapai 700.000 ton dari target 2,75 juta ton atau 25% dari target. Padahal Presiden Joko Widodo menargetkan serapan beras petani minimal 4-4,5 juta ton. (dtc

BACA JUGA: