JAKARTA - Pada saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19 seperti sekarang, rumah modern yang sehat dan ekonomis dapat membantu mengurangi risiko penyebaran virus. Kuncinya adalah pada pengendalian tata cahaya dan tata udara. 

Pengurus Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII Pusat) Chairul Amal Septono mengatakan salah satu tempat yang penting untuk diperhatikan adalah kamar mandi, sebab di situ biasanya terdapat banyak kuman dan bakteri. Perlu dipertimbangkan untuk membuat kamar mandi kering. Tanpa bak mandi. Langsung menggunakan pancuran (shower).

"Terutama agar kita terhindar dari virus korona yang sekarang sedang pandemi, perlu mengendalikan tata cahaya, tata udara yang ideal," kata Chairul kepada Gresnews.com, Rabu (25/3).

Menurut Chairul, untuk konsep rumah modern yang sehat dan ekonomis adalah sebuah rumah tinggal yang memenuhi syarat, yaitu bisa melindungi penghuninya dari cuaca hujan, panas terik matahari, tempat dia berlindung. "Tentunya mempunyai pencahayaan yang baik, sirkulasi udara yang baik. Mempunyai kenyamanan yang baik. Kalau sirkulasi udara baik, cahaya baik, tentu bakteri-bakteri tidak bisa bertahan hidup lama," kata mantan pengurus Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) ini.

Selain itu, kata Chairul, dari sisi ekonomis, dalam arti fungsional, tidak menggunakan bahan-bahan yang mahal dan tidak perlu. Misalnya, lantai itu permukaannya cukup rata, halus dan mudah kering. "Jadi nggak perlu bahan-bahan yang mewah tapi juga bisa memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan sebuah rumah tinggal," katanya.

Chairul menjelaskan siapa pun bisa memiliki rumah modern tersebut. Kalau mereka berkonsultasi dengan ahlinya. Dalam hal ini, arsitek atau insinyur. Misalnya, mau bangun rumah yang sehat seperti apa. Para arsitek sudah dibekali pengetahuan cara membangun rumah yang sehat sesuai dengan iklim setempat.

"Jadi rumah yang sehat dan modern di Jakarta, tentu beda dengan rumah sehat dan modern di Papua. Di Jakarta, dengan di Puncak (Bogor) tentu berbeda. Yang salah itu adalah membuat rumah-rumah gaya Jakarta di desa. Itu sangat tidak bijaksana sebenarnya," katanya.

Ia  yang merupakan anggota Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG) pernah melihat rumah di Cilacap (Jawa Tengah) namun bergaya rumah Jakarta, padahal tidak sesuai, baik secara budaya maupun geografisnya. Intinya siapa pun bisa memiliki rumah modern yang sehat. Tentunya dengan dipandu oleh ahlinya.

Dari segi keuangan relatif terjangkau, sambung Chaerul, harganya relatif, tergantung dari bahan yang digunakan. Zaman sekarang, misalnya, sebuah rumah yang ditempati oleh suami istri dan dua anak. "Itu dengan (biaya membangun) Rp200 juta sudah cukup. Sudah cukup layak untuk hidup di sebuah kota. Tentunya di luar harga tanah," katanya.

Selain itu, standar kesehatan harus diperhatikan: kamar mandi, dapur. Meletakkan dapur yang ideal, meletakkan kamar mandi, WC, toilet yang ideal. "Nah, yang ideal kita bicara toilet dan kamar mandi itu sebaiknya ada pada sisi yang ruang terbuka. Maksudnya pada sisi halaman yang bisa dapat matahari secara langsung, dapat udara dari luar secara langsung. Idealnya seperti itu," kata Chaerul.

Begitu juga dapur. Supaya dapur mendapat sirkulasi udara yang bagus, cahaya yang bagus, efisien juga, sebaiknya berada pada sisi yang mendapatkan cahaya dan udara secara langsung dari luar. Kurang lebih mirip kriterianya dengan kamar mandi.

Karena kamar mandi dan dapur itulah tempat banyak terdapat bakteri dan bahkan virus pun juga nyaman di situ karena biasanya lembab. "Untuk menghindari kelembaban yang tinggi itu bisa dikendalikan dengan pencahayaan matahari yang secara langsung dan cukup," katanya.

Lanjut Chairul, tips untuk menangkal penyebaran COVID-19 itu, yang paling penting adalah rumah menggunakan material-material yang mudah dirawat dan dibersihkan. Menempatkan barang-barang atau perabot-perabot jangan terlalu banyak. Dan rajin-rajinlah mengubah lay out. Jadi, misalnya, di kamar tidur. Minggu ini kasur digeser ke tembok sebelah kiri, tiga minggu kemudian digeser ke tembok kanan.

Menurut Chairul, sikap terbaik masyarakat terhadap pandemi COVID-19 adalah mengikuti pemerintah dan para ahli. "Berdiam di rumah. Itu paling penting. Para ahli mengatakan virus ini sangat cepat sekali penularannya," katanya.

Lanjutnya, untuk mencegah percepatan penularan itu maka jangan ada kontak dengan orang lain. Untuk menjaga itu sebaiknya kita di rumah saja. "Bila banyak orang yang sakit maka rumah sakit tidak bisa menampung. Itu yang dikhawatirkan. Kalau rumah sakit atau medis tidak bisa menampung maka korban akan banyak. Terlalu banyak korban," tutur Chairul.

Per Rabu (25/3) sore, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sebanyak 790, dengan 58 meninggal, dan 31 sembuh.

(G-2)

 

BACA JUGA: