JAKARTA, GRESNEWS.COM - Keputusan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menetapkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dari PDIP mengundang sejumlah kecurigaan berbagai pihak.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf menilai ada agenda tertentu dari Megawati dengan langkahnya mencalonkan Jokowi. Menurut dia, selama ini Megawati memimpin PDIP sama seperti Megawati mengurus keluarga,  karena jabatan penting dan keputusan penting hanya diserahkan kepada satu orang yakni dirinya sendiri.

Dia menilai PDIP tidak mau belajar dari pengalaman. Pemimpin partai seharusnya bersifat kolegial dan tidak ada dominasi oleh satu orang. Jika ditentukan dan didominasi oleh satu orang maka tidak ada proses diskusi antarsesama pengurus partai atau kader. "Akibatnya semua terserah Megawati, dia itu mengurus partai kayak mengurus keluarga," kata Maswadi kepada Gresnews.com, Jakarta, Sabtu (15/8).

Maswadi menduga ketika Jokowi naik menjadi presiden maka tidak menutup kemungkinan Megawati akan bermain di balik layar. Artinya Jokowi hanya menjadi presiden boneka yang nantinya dikendalikan oleh Megawati. Pasalnya pemegang keputusan 100 persen di PDIP adalah Megawati dan kemungkinan Jokowi menjadi presiden boneka akan lebih besar. "Apa jadinya bangsa ini jika dikendalikan oleh orang yang ada di balik layar. Ini yang harus dijawab oleh Megawati," kata Maswadi.

Namun pengamat politik Indria Samego justru berpandangan berbeda. Menurut dia, sosok Megawati saat ini sudah berubah. Mungkin dulu pada 2009 Megawati terkesan ingin mendominasi kekuatan di PDIP. Namun dengan seiringnya waktu, Megawati di setiap iklannya di media elektronik telah menunjukkan kenegarawannya untuk memberikan posisi calon presiden kepada Jokowi. "Ya, itulah perubahan yang sangat berarti. Kita tidak bisa terus menerus berprasangka buruk," kata Indria kepada Gresnews.com, Jakarta, Sabtu (15/3).

Ketua Umum Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Ferry Widodo juga sependapat dengan Indria. Menurutnya, terlalu dini untuk menilai Jokowi sebagai presiden boneka oleh Megawati. Menurutnya, Jokowi bukanlah orang yang bodoh, Jokowi memiliki kemampuan untuk mengelola masyarakat dan Jokowi juga tidak akan mau dikendalikan oleh Megawati. Dia mengatakan jika pun pada akhirnya Jokowi akan dikendalikan oleh Megawati, rakyat yang akan menilai Jokowi secara pribadi.

Ferry mengatakan pada tahun politik 2014 ini sesungguhnya belum ada figur-figur politik alternatif yang menghasilkan pandangan baru untuk bisa menyelesaikan permasalahan masyarakat. Dia menilai selama politik Indonesia masih memiliki prosedural, demokrasi Indonesia juga masih terbuka dan liberal, para pemimpin bangsa tidak akan mampu membawa masyarakatnya menjadi sejahtera. "Rakyat harus menilai kinerja Jokowi jikalau itu memang dikendalikan oleh Megawati," kata Ferry.

Politisi Partai Golkar, Poempida Hidayatulloh, justru memuji Megawati yang dinilainya sebagai negarawati sejati. "Saya berpendapat dengan pengumuman ini menunjukkan Megawati Soekarnoputri adalah seorang negarawati yang hebat," ungkap anggota DPR dari Fraksi Golkar itu, Sabtu (15/3), melalui siaran pers yang diterima oleh Gresnews.com.

Sebagai pemimpin Partai, kata anggota Komisi IX DPR ini, Megawati telah berani membuat gebrakan-gebrakan yang berani dan luar biasa dalam memunculkan tokoh-tokoh muda.  Karena itu, menurut Poempida, sikap seperti ini harus mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya demi regenerasi kepemimpinan di Indonesia ini. "Terlepas nanti berhasil atau tidaknya si kandidat terpilih, gebrakan ini juga membungkam banyak pihak yang seringkali menganggap remeh seorang Megawati," tegas Poempida.

BACA JUGA: