JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tentunya akan berdampak terhadap kenaikan harga bahan pokok, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan kenaikan suku bunga. Namun khusus di sektor properti masih belum menampakkan kenaikan harga yang signifikan lantaran harga sebelumnya sudah terlalu tinggi.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan beberapa lokasi harga properti malah terjadi koreksi pasar. Koreksi pasar yang terjadi tidak mencerminkan jatuhnya harga pasar properti melainkan lebih dikarenakan aksi individu yang menjual propertinya.

"Sebagian besar koreksi pasar terjadi untuk rumah-rumah yang dibeli saat harga sudah ketinggian (over value)," kata Ali kepada Gresnews.com, Jakarta, Senin (24/11).

Ali mengatakan pasar properti primer relatif belum menampakkan kenaikan yang tinggi sekitar normal 2 persen sampai 3 persen per bulan, malahan ada yang tidak menaikan harga rumahnya selama 6 bulan terakhir karena harga dianggap sudah terlalu tinggi. Menurutnya kenaikan harga BBM akan lebih berpengaruh di pasar primer dibandingkan pasar sekunder, khususnya yang akan dibangun dan bukan rumah stok.

Dia memperkirakan untuk kenaikan harga properti diperkirakan mulai awal 2015. Pasar sekunder secara umum tidak terlalu berpengaruh secara langsung terhadap kenaikan harga BBM. Namun pertumbuhan pasar sekunder diperkirakan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pasar primer karena saat ini pasar properti sedang mengalami keseimbangan baru dimana pasar primer saat ini sudah terlalu tinggi dan pasar sekunder masih berada dibawah harga primer.

"Kenaikan BBM akan lebih berpengaruh pada pasar primer yang mulai dibangun atau dipasarkan di triwulan II 2015," kata Ali.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah seharusnya tidak mempersoalkan rendah atau tingginya angka inflasi sebagai dampak terhadap kenaikan BBM subsidi. Menurutnya permasalahan yang utama adalah daya beli masyarakat yang semakin menurun akibat dari kenaikan harga BBM.

Ia menilai tata niaga Indonesia saat ini sudah dikuasai oleh para pelaku pasar yang menentukan harga pasar dengan seenaknya termasuk juga dalam sektor properti. Karena itulah yang menyebabkan harga properti kini sudah terlalu tinggi dari harga seharusnya.

Demikian pula yang terjadi dengan harga bahan pangan. Sebelum harga BBM mengalami kenaikan, harga bahan pokok sudah mengalami kenaikan. Seharusnya sebelum harga BBM naik, harga bahan pokok juga tidak naik.

"Pemerintah tidak ada upaya untuk menstabilkan harga. Jadi pemerintah belum melakukan sesuatu sebelum harga BBM naik," kata Enny kepada Gresnews.com.

BACA JUGA: