JAKARTA, GRESNEWS.COM - Bursa calon gubernur dan wakil gubernur di perhelatan Pemilihan Gubernur Jawa Barat kembali dinamis. Poros-poros yang tadinya sudah terbentuk kembali menjadi cair setelah ada manuver dari Partai Demokrat dan belakangan Partai Golkar. Golkar yang tadinya sudah membentuk koalisi dengan PDIP untuk mengusung Dedi Mulyadi belakangan juga melirik Ridwan Kamil yang disebut sebagai calon kuat.

Jika dukungan Golkar ke Emil--panggilan Ridwan Kamil-- nyata, maka koalisi dengan PDIP bisa terancam lantaran Emil sudah mendapat dukungan dari dua partai politik yakni NasDem dan PKB. Di sisi lain, Partai Golkar juga telah bersepakat menjalin koalisi dengan PDIP.

Menanggapi hal itu, Sekretaris DPD PDIP Jabar Abdy Yuhana tidak mempermasalahkan sikap atau pernyataan yang disampaikan petinggi partai berlambang beringin tersebut. Pasalnya kondisi politik jelang Pilgub Jabar masih sangat dinamis.

Masing-masing partai tentu akan menyiapkan strategi terbaik demi bisa memenangkan jagoannya atau pasangan calon yang nanti diusung dalam ajang pesta demokrasi tahun depan. "Saya kira Jabar ini masih dinamis. Masing-masing partai sedang menyiapkan strategi," kata Abdy, Minggu (17/9).

Disingung mengenai pernyataan Sekjen Golkar Idrus Marham yang memberi sinyal dukung Ridwan Kamil, Abdy memilih untuk tidak memberi pendapat. Karena, menurut dia, hal itu merupakan persoalan internal di Partai Golkar. "Saya kira itu persoalan internal Partai Golkar. Kita tidak punya kapasitas untuk merespon pernyataan yang disampaikan Sekjen Partai Golkar," ujar Abdy.

Pihaknya memilih untuk fokus melakukan konsolidasi demi memperkuat internal partai. Langkah itu, menurutnya bagian dari strategi PDIP untuk memenangkan Pilgub Jabar 2018 mendatang.

"Kami terus melakukan konsolidasi. Bahkan Jumat dan Sabtu kami bersama Sekjen DPP PDIP melakukan konsolidasi di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Kuningan. Itu sebagai strategi PDIP untuk memperkuat supaya bisa menang," katanya.

Partai Golkar memberi sinyal akan mendukung Ridwan Kamil di Pilgub Jabar. Pasalnya Golkar melihat dari hasil survei Ridwan Kamil masih menjadi kandidat kuat pada pesta demokrasi tersebut.

Menanggapi hal itu, Ketua DPW NasDem Jawa Barat Saan Mustopa menyambut baik sinyal positif yang diberikan Golkar kepada calon yang akan diusungnya. Hal itu menurut Saan, mencerminkan sosok Ridwan Kamil adalah figur yang bisa memberi harapan bagi perubahan Jawa Barat.

"Kalau Golkar tertarik dukung Ridwan Kamil ya tentu kita sangat berterima kasih. Berarti memang figur Ridwan Kamil bisa memberi harapan terhadap partai bukan harapan soal menang saja, tapi juga harapan bagaimana membawa Jabar lebih baik," kata Saan, saat dihubungi, Minggu, (17/9).

Dia berharap ketertarikan Golkar dapat diwujudkan dalam bentuk nyata berupa dukungan. "Terima kasih kalau Golkar tertarik. Tinggal ketertarikan itu diwujudkan dalam tindakan politik. Jadi bukan hanya tertarik. Tapi diwujudkan dalam bentuk dukungan," ucapnya.

Saan menambahkan, sejauh ini komunikasi NasDem dengan Golkar sudah terbangun cukup baik. Bahkan ungkap dia, Ridwan Kamil sendiri telah beberapa kali bertemu dengan para petinggi Golkar di tingkat pusat.

"Sejak awal komunikasi dengan Golkar sangat intensif. Bahkan juga sempat menjajaki koalisi di Jabar. Kang Emil (Ridwan Kamil) juga beberapa kali bertemu dengan petinggi Golkar, sebelum Golkar memutuskan koalisi dengan PDIP. Sampai hari ini juga komunikasi tetap dibangun," ucapnya.

NASDEM OPTIMIS - Sementara itu, di kubu pengusung Emil. Partai NasDem Jabar tetap optimistis Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan tetap bergabung dalam koalisi yang dibangun bersama PKB untuk mendukung Ridwan Kamil pada Pilgub Jabar 2018.

Seperti diketahui, saat ini PPP tengah menjajaki koalisi dengan Demokrat, PAN bahkan Gerindra. Sejumlah pertemuan telah dilakukan oleh para petinggi partai tingkat Jawa Barat dari empat partai tersebut.

Dalam pertemuan itu, mereka bersepakat untuk membangun poros baru dalam menghadapi pesta demokrasi tahun depan. Di sisi lain, NasDem juga tengah berusaha mendekati PPP untuk bergabung dalam koalisi yang dibangun bersama PKB.

"Kalau kita yakin. Kita masih optimistis PPP bisa bersama kita (NasDem dan PKB di Pilgub Jabar). Ini soal finalisasi saja," kata Ketua DPW NasDem Jabar Saan Mustopa, saat dihubungi, Minggu (17/9).

Pasalnya, kata Saan, pihaknya masih terus membangun komunikasi dengan PPP. Dukungan PPP dirasa penting untuk menggenapkan jumlah kursi sebagai syarat mengusung pasangan calon di Pilgub. Karena saat ini PKB dan NasDem baru memiliki 12 kursi. "Enggak masalah mereka membangun komunikasi. Toh PPP Jabar juga komunikasi dengan saya, ketemu juga. Dengan DPP (PPP) juga kita intens berkomunikasi," ucapnya.

Dia juga tidak risau dengan adanya pembentukan poros baru yang digalang Demokrat, PAN, PPP dan Gerindra. Karena menurut dia poros baru itu belum ada kepastian. "Mereka belum final. Belum ada surat keputusan (terkait koalisi dari DPP masing-masing)," ujarnya.

GERINDRA-PKS GAMANG - Di sisi lain, Gerindra yang sebelumya solid dengan PKS mengusung pasangan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu juga belakangan menjadi gamang. Pasalnya belakangan, Gerindra dikabarkan mencabut dukungan ke Syaikhu. PKS pun disebut bermanuver merayu lagi Gerindra dengan mempertemukan Syaikhu dengan Prabowo.

Ketua DPD Jawa Barat Mulyadi menganggap pertemuan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ahmad Syaikhu sebagai bentuk improvisasi Presiden PKS Shohibul Iman untuk melakukan pendekatan kembali. Ia juga mengatakan jika pertemuan tersebut tidak ada kaitannya dengan Pilgub Jabar dan murni bentuk kepedulian untuk etnis Rohingya di Rakhine.

"Itu positif silaturahmi untuk kepedulian bersama terhadap tragedi kemanusiaan di Rohingya. Sebagai upaya anak-anak bangsa ikut peduli terhadap tragedi kemanusiaan di Rohingya, siapapun bisa hadir dan Pak Prabowo orang yang sangat terbuka dan sangat peduli terhadap hal-hal kemanusiaan seperti itu," ujar Mulyadi Sabtu (16/9) malam.

Mulyadi menyebut pertemuan tersebut tidak menjadi masalah dengan pencabutan dukungan Gerindra ke Deddy Mizwar (Demiz) dengan Syaikhu. Menurutnya selama tidak surat rekomendasi resmi yang ditandatangani oleh Prabowo keputusannya tidak akan berubah.

"Kalaupun Pak Syaikhu ketemu Pak Prabowo mungkin itu caranya Presiden PKS untuk mendekatkan ke Pak Prabowo, berarti kan itu improvisasi Presiden PKS, buat saya sih itu tidak ada masalah. Selama belum ada hitam di atas putih yang merubah keputusan saya, masih tetap untuk menyatakan keputusan saya belum ada kandidat yang diputuskan oleh Gerindra untuk diusung sebagai calon gubernur ataupun wagub," jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa ketegasannya dalam membuat sikap karena ingin memaksimalkan langkah Partai Gerindra di Pilgub Jabar. Bahkan dirinya rela untuk dicopot dari Ketua DPD Jabar.

"Saya sebagai penanggung jawab di Jabar ingin memaksimalkannya, supaya Gerindra bisa menjadi solusi di Jabar. Ini juga untuk mengklarifikasi jangan sampai ini hanya Mulyadi saja nih jadi calon gubernur," kata Mulyadi.

"Jangankan jadi calon gubernur jadi Ketua DPD pun saya nggak pernah mau, makannya saya sekarang bersikap keras dengan segala resiko ya mungkin saja saya dicopot dari Ketua DPD Jabar kan? Tapi saya sedang menjalankan amanah sebagai ketua partai di Jabar, saya manfaatkan sebaik-baiknya untuk Jabar," ucapnya.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden PKS Sohibul Iman dan Ahmad Syaikhu di acara Aksi Bela Rohingya 169 di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Ini merupakan pertemuan pertama keduanya setelah pernyataan Ketua DPD Gerindra Jabar yang menarik dukungan dari Demiz-Syaikhu. (dtc)

BACA JUGA: