JAKARTA, GRESNEWS.COM - Tewasnya seorang warga dalam demonstrasi mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Makassar, Sulawesi Selatan akibat bentrok dengan polisi karena menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menuai kritikan. Tindakan kepolisian terhadap demonstran dianggap represif sehingga bisa menimbulkan korban jiwa.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan polisi tidak perlu represif terhadap sikap masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM. Menurutnya sikap tersebut akan memancing demonstrasi lain yang bisa berpotensi lebih anarkis. Seharusnya polisi memiliki protap dalam menghadapi demonstrasi. Belakangan ini menurut Fadli, penanganan demonstrasi tidak memiliki protap yang jelas.

Ia mencontohkan misalnya dalam penggunaan gas air mata, perlu diperjelas apakah polisi menggunakan gas air mata yang berbahan kimia berbahaya atau tidak pada demonstran. Lebih lanjut, Fadli akan meminta keterangan polisi terkait hal ini. Karena menurutnya penanganan polisi terhadap sebuah demonstrasi harus profesional dan perlu pendekatan yang persuasif.

"Kalau polisi bisa disiplin ya bagus. Bedanya penegak hukum dan gerombolan kan pada kedisiplinan," ujar Fadli di DPR, Jakarta, Jumat (28/11).

Senada dengan Fadli, Anggota Komisi III Fraksi PKS Aboe Bakar Alhabsyi berpendapat Kapolri harus meminta maaf atas tewasnya mahasiswa yang berdemo menolak kenaikan BBM. Selain minta maaf, menurutnya Kapolri harus menegur keras bawahannya dan merapikan institusi di daerah.

"Ini sudah beruntun. Kami harap Polri jaga institusinya sesuai protap," kata Aboe di DPR, Jakarta, Jumat (28/11).

Sebelumnya, 100 mahasiswa berdemonstrasi menolak kenaikan harga BBM di kantor gubernur Sulawesi Selatan. Demonstrasi berlangsung ricuh akibat mahasiswa melempari kantor gubernur dengan batu. Karena itu, polisi pun menembakkan gas air mata pada demonstran. Usai bentrok, ditemukan seorang warga yang tewas dengan luka di belakang kepala. Diketahui korban bernama Ari Pepe.

Pada kesempatan yang berbeda, Kabag Penum Polri Kombes Agus Rianto menyatakan korban tewas ditemukan dalam kondisi tertelungkup dan satu giginya copot. Tim forensik menemukan luka juga di belakang kepala. Adapun sebab kematian karena korban gagal bernafas akibat pendarahan.

"Ada luka akibat benda tumpul. Korban meninggal dunia bukan karena terlindas mobil polisi," ujar Agus di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (28/11).

BACA JUGA: