JAKARTA, GRESNEWS.COM - Momentum peringatan Konfrensi Asia Afrika (KAA) dari 18-24 April nanti seharusnya dapat menjadi ajang penguatan ekonomi negara Asia Afrika untuk melawan penindasan negara maju. Sebab negara-negara yang tergabung dalam KAA notabene merupakan negara berkembang yang selalu mendapat kebijakan ekonomi yang tak adil dari negara maju khususnya Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Pengamat Ekonomi Politik Hendrajit mengatakan, kerjasama ekonomi negara Asia Afrika akan kembali bermasalah apabila penyelenggaraan KAA tak lagi sesuai nafas para penggagasnya 60 tahun lalu. "KAA harus tetap mempertahankan Dasasila Bandung sebagai roh, tapi kami khawatir Bandung Message akan menggantikannya," ujarnya kepada Gresnews.com, Sabtu (18/4).

Tanpa bantuan Dasasila Bandung, kerjasama ekonomi yang terjadi akan kembali menyetir negara Asia Afrika menjadi satelit AS. "Jika mereka menyetir semangat 60 tahun lalu tentu penguatan ekonomi ini akan benar-benar mengarah pada kepentingan negara berkembang," katanya.

Hal yang sama diutarakan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini. Dia mengatakan, langkah pertama untuk meningkatkan kerjasama ekonomi tak cukup hanya dari perdagangan saja. Tetapi harus juga melewati pembangunan langkah politik.

"Negara yang tergabung dalam KAA telah dirugikan kebijakan global yang tidak pro terhadap mereka, ini yang harus disoroti," katanya kepada Gresnews.com, Sabtu (18/4).

Penyelenggaraan KAA, kata Hendri, harus efektif digunakan untuk mengubah kebijakan yang menindas tersebut. Mereka harus bisa menjadikan pasar barang sebagai investasi dan meminta tatanan global berubah dengan tidak meninggalkan negara-negara berkembang.

Selama ini dalam kerjasama global maupun regional dan bilateral, kebanyakan negara-negara berkembang selalu dirugikan. Hal ini dikarenakan negara berkembang yang belum mengetahui celah dan seluk beluk negara yang diajak bekerjasama sehingga tak terlampau paham harus masuk di bagian mana. "Yang belum maju ya menjadi daftar negatif investasi karena belum tahu, ada potensi besar malah dilepaskan," katanya.

Hendri meminta, helatan KAA jangan hanya dilihat sebagai romantisme belaka. Tapi Indonesia yang kini menjadi tuan rumah harus percaya diri untuk menjadi pemimpin negara-negara berkembang. Pemerintah harus menjadikan hal tersebut sebagai agenda utama dan jangan hanya bangga menjadi tuan rumah semata.

Ia juga meminta bantuan media yang meliput untuk mengarahkan wacana tersebut. "Saya harap Jokowi bisa, pasti bisa dengan kemauan keras dan menjadikannya sebagai visi," katanya.

BACA JUGA: