JAKARTA - Kisah perburuan rente di tengah pandemi bukan isapan jempol semata. Setelah vaksin berbayar yang kini dibatalkan muncul polemik obat ivermectin, obat cacing yang konon dapat mengobati Covid-19.

Awal Juni lalu, pemerintah lewat Menteri BUMN menyatakan akan mengedarkan ivermectin sebagai obat Covid 19, kendati belum rampung uji klinisnya. Padahal beberapa lembaga seperti WHO dan juga FDA di Amerika Serikat menyebutkan penggunaan ivermectin ini tidak dapat digunakan secara luas tanpa resep dokter.

Tentu ini mengundang tanya, mengapa pemerintah justru mendatangkan obat yang belum teruji benar, bahkan cenderung berbahaya. Selain itu sikap Badan Pengawas Obat (BPOM) yang berubah awalnya melarang masyarakat membeli bebas obat ivermectin hanya dalam jangka waktu satu bulan akhirnya mengizinkan penggunaan ivermectin diluar keadaan darurat.

Indonesia Corruption Watch atau ICW mengungkap jejaring bisnis dan politik PT Harsen Laboratories, perusahaan yang memproduksi ivermectin.

Peneliti Korupsi Politik ICW, Egi Primayogha mengatakan jejaring ini menunjukkan dugaan adanya upaya mencari keuntungan di tengah krisis pandemi lewat relasi politik.

"Gambarannya adalah ada sebuah perusahaan mencoba mencari keuntungan dan dia menjalin relasi dengan berbagai pihak, di antaranya adalah politisi dan pejabat publik," kata Egi dalam diskusi daring dengan tema Berburu Rente di Tengah Krisis: Siapa di Balik Distribusi Ivermectin, yang dikutip Gresnews.com di laman youtube ICW, Kamis (22/17/2021).

Menurut Egi, wacana penggunaan ivermectin sudah ada sejak Oktober 2020 yang dilontarkan dokter Departemen Penelitian dan Pengembangan PT Harsen Laboratories, Herman Sunaryo.

Ia menjelaskan bahwa Herman mengatakan, ivermectin dapat digunakan sebagai alternatif dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Hingga pada awal Juni 2021, wakil presiden PT Harsen Laboratories mengumumkan pihaknya telah memproduksi ivermectin di Indonesia dan mendistribusikannya ke Kudus, Jawa Tengah.

Sepanjang Juni-Juli 2021, ICW menelusuri jejaring politik dan bisnis ini melalui berbagai sumber. Di antaranya penelusuran digital seperti pemberitaan media, akta perusahaan, dan sumber lainnya.

Egi menduga ada hubungan antara pejabat PT Harsen Laboratories, Sofia Koswara, dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Egi menjelaskan nama Sofia memang tak tertera dalam akta PT Harsen. Namun, Sofia memiliki keterkaitan dengan Front Line Covid-19 Clinical Care (FLCCC).

Dia merupakan Ketua FLCCC Indonesia. Adapun salah satu anggota FLCCC adalah Budhi Antariksa, tim uji klinis ivermectin sekaligus anggota tim dokter kepresidenan.

Egi melanjutkan, Sofia juga tercatat sebagai direktur dan pemilik saham PT Noorpay Perkasa. Menurut Egi, saham terbesar PT Noorpay dimiliki oleh Joanina Rachman, anak dari Kepala Staf Presiden Moeldoko.

"Joanina juga sebagai tenaga khusus atau tenaga ahli di KSP," kata Egi.

Egi mengatakan Moeldoko juga ditengarai terhubung dengan Sofia Koswara melalui kerja sama Noorpay dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menyangkut ekspor beras. Mantan Panglima TNI tersebut merupakan ketua umum HKTI.

Promosikan Ivermectin

Akhir juni lalu Moeldoko juga membetot perhatian dengan upaya mempromosikan Ivermectin sebagai penyembuh Covid-19.

Moeldoko menggunakan atribusi sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) saat bicara Ivermectin.

Ia mengaku mengirim sejumlah dosis Ivermectin ke Kudus, Jawa Tengah yang sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19. Bupati Kudus HM Hartopo mengaku menerima 2.500 dosis Ivermectin untuk disebar ke sejumlah rumah sakit dan puskesmas.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun sempat melontarkan teguran pada Moeldoko. BPOM mewanti-wanti bahaya penggunaan Ivermectin secara bebas. Namun Moeldoko tak berhenti menyokong Ivermectin.

Menurut FLCCC Alliance sudah ada 33 negara yang menggunakan Ivermectin dalam mengatasi Covid-19, antara lain Brazil, Zimbabwe, Jepang, dan India," ungkap Moeldoko dalam sebuah webinar, Senin (28/6/2021).

Front Line COVID-19 Critical Care (FLCCC) Alliance adalah kelompok petugas medis di Amerika Serikat yang menangani covid-19. FLCCC memang kerap mengampanyekan penggunaan ivermactin untuk penyembuhan covid-19.

Gencarnya Moeldoko menganjurkan penggunaan Ivermactin tentu mengundang pertanyaan karena dinilai di luar kewenangannya sebagai KSP.

Bantahan Moeldoko

Moeldoko membantah tudingan ICW yang menyebut bahwa putri bungsunya, Joanina Novinda Rachma, memiliki kedekatan dengan PT Harsen, produsen obat Ivermectin.

"Itu tuduhan ngawur dan menyesatkan," kata Moeldoko dikutip dari siaran resmi KSP, Kamis (22/7).

ICW menyebut Joanina memiliki hubungan bisnis dengan Sofia Koswara. Sofia berperan membantu PT Harsen dalam memperkenalkan Ivermectin ke publik.

ICW juga menuding, Sofia bekerjasama dalam impor beras dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), organisasi yang diketuai Moeldoko. Moeldoko pun membantah tuduhan tersebut.

"Tidak ada urusan dan kerja sama antara anak saya, Jo, dengan PT Harsen Lab," ujar Moeldoko.

Sedangkan terkait tudingan kerjasama HKTI dalam impor beras, Moeldoko juga menegaskan tuduhan tersebut tidak bisa dimaafkan.

Ia menekankan, saat ini HKTI justru tengah berjuang untuk kemandirian petani agar mereka bisa mengekspor beras.

"Ini menodai kehormatan saya sebagai ketua HKTI," ujarnya.

Moeldoko juga menegaskan, tudingan ICW sebelumnya yang menyebut Joanina sebagai Tenaga Ahli di KSP tak benar. Sebab, kata dia, Joanina hanya pernah magang selama 3 bulan di KSP.

Karena itu, menanggapi berbagai tuduhan tersebut, Moeldoko pun mempertimbangkan melakukan langkah hukum terhadap ICW. (G-2)

 

BACA JUGA: