JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menyusul Tragedi hilangnya kontak pesawat Airbus A320-200 dengan kode penerbangan QZ 8501 milik Airasia, berdampak pada anjloknya saham maskapai penerbangan yang berbasis di negara Malaysia ini hingga 7.8 persen. Anjloknya saham ini termasuk yang cukup besar dalam tiga tahun terakhir operasional mereka.

Para pengamat mengatakan, saham Airasia anjlok dikarenakan beberapa faktor seperti turunnya daya beli pelanggan atau penumpang pasca insiden hilangnya pesawat dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura. Hal ini diprediksi akan berpengaruh pada tingkat pendapatan Airasia Group di tahun mendatang.

"Pihak Air Asia setidaknya bisa menjaga tren saham dasar pada tahun 2015. Namun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini saham sedang anjlok 7,8 persen pada hari minggu," kata Analis Hong Leong Investment Bank Kuala Lumpur Daniel Wong seperti dilansir reuters.com, minggu (28/12).
 
Pengamat AmResearch, Hafriz Hezry mengatakan Air Asia group dapat mengimbangi anjloknya saham dengan persediaan nilai saham yang ada. Menurut Hafriz, reaksi pasar akan kembali stabil apabila dalam beberapa hari kedepan bisa ada kejelasan dalam proses identifikasi pesawat Indonesia Airasia QZ 8501.

Namun hingga saat ini belum bisa dipastikan keberadaan dari pesawat tersebut. Jumlah tim bantuan pun ditingkatkan pemerintah seperti Basarnas, Polair, TNI AU, TNI AL, KPLP, KKP. Aksi kemanusiaan ini juga didukung oleh negara-negara lainnya seperti Malaysia, Singapura dan Australia, dan Korea Selatan yang telah mengirimkan kapal ke lokasi kejadian untuk menindak lanjuti kasus ini. Semua pihak berharap agar seluruh penumpang dan awak pesawat Indonesia AirAsia yang tengah hilang dapat kembali ditemukan dalam keadaan selamat.

BACA JUGA: