JAKARTA, GRESNEWS.COM -  Koalisi Ramadhan (Rhoma Irama, Mahfud MD dan Ahmad Dani) dinilai punya peluang menyedot basis massa Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga dukungan mereka kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa akan menguntungkan pasangan ini.

Seandainya koalisi Ramadhan ini kampanye secara masif maka dukungan massa NU yang menjadi tulang punggung PKB akan tersedot ke Prabowo-Hatta," kata Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Agung Suprio melalui rilisnya,  Rabu (28/5/).

Agung mengatakan koalisi Ramadhan bisa merangkul tipe pemilih NU dari berbagai segmen, seperti basis di pesantren dan kalangan muda. Sementara dari koalisi PKB pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla yang dipelopori Muhaimin Iskandar dan Khofifah Indar Parawansa mayoritas merangkul tipe pemilih NU yang berbasis pesantren di Jawa Timur.

"Kubu Ramadhan tampaknya lebih kuat magnetnya daripada Muhaimin dan Khofifah yang mayoritas merangkul basis pesantren, karena Mahfud MD punya dukungan yang cukup kuat juga dalam kategori pesantren di Jawa Timur," katanya.

Menghadapi Pemilu Presiden (Pilpres) 2014  basis massa NU memang menjadi rebutan diantara kubu pasangan calon presiden, mengingat jumlah massa NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia sangatlah signifikan. Jumlah warga Nahdliyin yang  diperkirakan mencapai 30 juta orang dan tersebar diberbagai organisasi dan partai politik menjadi salah satu kunci pemenangan pemilu.    

Hanya saja sejumlah tokoh NU tak bulat dukungannya kepada salah satu capres. Sejumlah tokoh seperti Mahfud MD dan Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Kh. Said Aqil Siraj justru mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Sementara tokoh NU seperti Khofifah Indar Parawansa dan mantan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi mendukung pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (JK).  

Pengamat Politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fachry Ali, menilai pecahnya suara kaum Nahdliyin pada Pilpres 2014 merupakan suatu hal yang wajar saja. Karena, tokoh NU yang terjun dalam politik praktis pada  kenyataannya tidak juga berada di dalam satu barisan partai Islam. Tetapi tidak sedikit juga yang masuk dalam barisan partai nasionalis, salah satunya seperti mantan ketum partai Demokrat, Anas Urbanigrum yang juga kader NU.  "Gampang saja, mereka (NU) terbelah kedua-duanya pada Pilpres," ungkapnya kepada Gresnews.com (28/5).

Namun menurut Fahri, dukungan yang diberikan oleh sejumlah tokoh NU itu baik ke kubu Prabowo maupun Jokowi sama-sama kuat dalam menggiring suara untuk mendukung salah satu capres tersebut. "Khofifah di Jawa Timur sudah terbukti, sebaliknya Mahfud MD juga demikian," ujarnya.

Sehingga tidak bisa dikatangan satu lebih kuat dari pada yang lainnya. Menurut Facry dua-duanya sama memiliki basis sendiri-sendiri, kedua tokoh yang melebur ke kedua poros punya segmen dan basis di Pesantren dan kaum ulama.

BACA JUGA: