JAKARTA, GRESNEWS.COM- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta dunia jasa konstruksi tidak perlu mencemaskan masa depan, karena selain telah menunjukkan kemampuan dalam berkarya, jasa konstruksi nasional juga memiliki peluang makin berkembang yang seiring dengan baiknya prospek ekonomi Indonesia. "Kalau dunia usaha makin kompetitif, adanya masyarakat ekonomi ASEAN atau WTO tidak perlu dikhawatirkan," kata Presiden SBY dalam sambutannya Musyawarah Nasional ke-13 Gabungan Pelaksana Jasan Kontruksi Indonesia (Gapensi), Sanur, Bali, Senin (20/1) seperti dikutip situs setkab.go.id.

Presiden yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono pada kesempatan itu menerima penghargaan Abimakai Rakai Paramakasan atas jasa-jasanya memajukan dunia usaha konstruksi nasional. Namun Presiden SBY mempersembahkan penghargaan itu kepada jasa konstruksi nasional yang selama ini telah berbuat banyak kepada bangsa dan negara. "Sebenarnya saya bekerja ikhlas untuk negeri ini, banyak yang sudah kita kerjakan, dan ada juga yang belum kita kerjakan. Namun, terima kasih atas penghargaan yang ini saya persembahkan untuk industri jasa konstruksi nasional," kata SBY.

Dalam awal sambutannya, Presiden SBY meyakinkan pada 15 tahun ke depan, ekonomi Indonesia makin berkembang. Sekarang saja, Indonesia sudah berada di 15 negara dengan ekonomi terbesar, dan pertumbuhannya nomor 2 setelah RRC. Sejak 1945 - 1965, lanjut Presiden, income perkapita US$ 1.100, namun dalam waktu 9 tahun terakhir income perkapita itu telah naik 3-4 kali lipat.

Kemudian, Presiden juga menyampaikan bahwa tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara yang memiliki GDP yang tinggi. Resesi ekonomi tahun 1998 telah membuat Indonesia makin kuat pada 10 tahun berikutnya dan hingga sekarang ini. "Kiprah dalam G-20 merupakan pengakuan dari negara lain untuk Indonesia," Presiden tegaskan.

Selain itu, Indonesia saat ini dianggap sebagai salah satu negara emerging countries baru dengan julukan MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki). "Hal ini berarti Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang akan menyaingi BRICS,"Presiden menambahkan.

Perekonomian BRICS saat ini sedang mengalami penurunan. Hanya Cina yang memiliki stabilitas dalam krisis ekonomi dunia saat ini. Dengan kesiapan itulah, Presiden melihat bahwa dari sisi ekonomi Indonesia memiliki kesiapan dalam menghadapi ASEAN Economic Community, WTO, maupun APEC.

Namun Presiden juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama serta pembagian peran antara pemerintah dan pengusaha. Pemerintah baik pemerintah pusat dan daerah bertugas untuk menyelesaikan dari sisi aturan. Sedangkan, pengusaha bertugas untuk meningkatkan daya saing dengan pengusaha dari negara lain.

Dalam kesempatan itu, Presiden SBY  menyampaikan bahwa sudah saatnya pengusaha bukan lagi berorientasi pada APBN dan APBD. Namun, orientasi sekarang ini haruslah berubah menjadi orientasi GDP. "APBN hanya merupakan 20% dari seluruh GDP yang dimiliki Indonesia," tegas Presiden.

Untuk itu, Presiden berharap dengan makin dibukanya kesempatan bagi pengusaha nasional, kemampuan dan daya saing para pengusaha makin meningkat. Dengan demikian, Indonesia makin mampu menghadapi perekonomian yang makin terbuka di masa akan datang.

Selain dihadiri oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono, pembukaan Munas Gapensi itu juga dihadiri oleh Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Perindustrian MS. Hidayat, dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Selain itu hadir pula 1000 peserta/peninjau Munas ke-13 BPP Gapensi.

BACA JUGA: