JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan, telah memerintahkan jajarannya untuk melakukan razia peredaran obat berbahaya Peredaran pil paracetamol, cafein dan carisoprodol (PCC) setelah kasus di Kendari. "PCC itu memang menjadi perintah saya. Saat kasus di Kendari terjadi ada yang mengkonsumsi. PCC obat yang berbahaya, beredar bebas tanpa resep dokter. Saya langsung perintahkan untuk telusuri dari mana," ujar Tito usai pidato ilmiah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sabtu (23/9).

Menurut dia, dari hasil penelusuran pihaknya hingga ke sumbernya, ternyata salah satu pabrik pembuatan pil PCC tersebut berada di Kota Purwokerto. Maka dari itu pihaknya langsung segera melakukan langkah hukum terhadap pembuat pil PCC tersebut. "Dampak di Kendari tapi asal mulanya salah satunya ada di Purwokerto ini. Saya perintahkan untuk telusuri terus sampai ke importir-importirnya," ucapnya.

Pihaknya juga akan terus memantau apakah jaringan peredaran pil PCC tersebut apakah lebih luas atau tidak. Jika pil tersebut sudah beredar pihaknya akan menariknya dari pasaran.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek menilai, pil PCC yang dikonsumsi anak-anak muda dapat mengancam bonus demografi yang dimiliki Indonesia. "Enggak ada yang makan minum tablet PCC kan? Alhamdulillah gak ada. Saya agak kecewa juga, di Jateng juga ditemukan pembuatan tablet PCC. Kalau bisa malah melarang temannya untuk ikut-ikutan," katanya dalam acara Rakor Forum Ikatan Alumni Kedokteran Seluruh Indonesia, Wilayah Indonesia Tengah II, di Solo, Sabtu (23/9).

Dia pun menghubungkan maraknya peredaran pil PCC dengan bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada 2035. Menurutnya, obat-obatan terlarang justru bakal membuat bencana.

"Tadi saya katakan soal PCC. Kalau ada anak-anak kita yang seperti ini apakah kita akan mencapai bonus demografi? Mungkin disaster yang kita dapatkan. Bukannya bonus, tapi beban kita dapati. Anak-anak kita dengan HIV, berpenyakitan, kurang gizi. Apakah kita mencapai bonus demografi," ujarnya.

Nila menyatakan saat ini peran para pendidik sangat penting untuk menyiapkan generasi terbaik. Pasalnya, bonus demografi dipercaya hanya akan datang sekali di sebuah negara. "Kita hanya alami peluang ini sekali di satu negara. Masa itu di Jepang sudah lewat, kita akan mencapainya di 2035," ujarnya. (dtc/mag)

BACA JUGA: