JAKARTA, GRESNEWS.COM - Di tengah upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan gencarnya "serangan" yang dilakukan Panitia Khusus Hak Angket KPK, Direktur Penyidikan (Dirdik) KPK Aries Budiman malah melakukan sebuah "langkah kuda" dengan memenuhi panggilan Pansus meski tanpa izin pimpinan KPK. Tak hanya itu, Aries malah nekat buka-bukaan di Pansus Angket KPK.

Salah satunya adalah soal penyidikan kasus e-KTP. Aries mengungkapkan, adanya data perkara e-KTP yang dibocorkan. Dia mengungkapkan hal itu menjawab pertanyaan anggota Pansus Angket KPK Arsul Sani, yang mengaku heran soal perkara kasus e-KTP yang bisa bocor ke publik. Aries menyebut data tersebut dibocorkan penyidik KPK.

"Ada satu saya tak sebut nama, penyidik yang sangat teliti. Titik, koma, dan sebagainya nggak akan salah atau terlewatkan. Lalu suatu saat saya kirim e-mail, tapi e-mail dan attachment berbeda. Bukan berubah," ujar Aries saat rapat bersama Pansus Angket KPK di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8) malam.

Aries menduga ada perbedaan isi e-mail nama anggota DPR yang diduga menerima bancakan e-KTP. "Orang ini sangat teliti. Satu-dua hari menyebar, saya terima lewat WA. Saya ceritakan seperti kiamat Indonesia. Orang terima (bancakan dana proyek) e-KTP beredar itu di mana-mana, dan sama dengan e-mail itu," tutur Aries.

"Kalau ada, sangat berbahaya, ada oknum di KPK yang bahkan menurut saya apa ya. Begini, Pak, tokoh siapa pun, hmmm.... Begini konsepnya, KPK 100 persen, 1.000 persen sangat dipercaya oleh rakyat Indonesia," tambahnya sambil terbata-bata.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pansus Angket KPK Agun Gunandjar menanyakan apakah orang yang menyebar data tersebut teliti. Dia juga bertanya soal integritas penyidik tersebut. "Apakah Bapak yakin yang disampaikan bahwa penyidik tersebut sangat teliti?" tanya Agun.

"Kalau Bapak ingin telusuri integritas seseorang, Bapak akan sudah cek di semua tempat. Karakter tidak berubah," jawab Aries.

Selain soal e-KTP, Aries juga buka-bukaan soal isu soal isu ´geng´ penyidik KPK. Aries mengungkapkan hal itu menjawab pertanyaan Wakil Ketua Pansus Hak Angket KPK Masinton Pasaribu. "Ini saya baca di berita, di KPK terbelah. Ada dua ´geng´ penyidik. Kalau geng ini kan seperti bandit dengarnya. Bagaimana ini," tanya Masinton.

Aries lalu menjawab soal geng di KPK. Menurutnya, yang dimaksud Masinton bukan geng, yang kemudian menyebabkan penyidik KPK terbelah. "Tidak ada geng, kami semuanya dari KPK. Saya nggak ingin mengatakan itu geng, tapi ada kesulitan yang saya alami terkait dengan pelaksanaan tugas saya di sana," jawab Aries.

Aries lalu menjelaskan lebih detail terkait persoalan yang mengganggu kinerja KPK. Aries menceritakan dirinya sempat menerima e-mail yang menyerang integritasnya pada 14 Februari lalu.

"Dan kelihatannya ini akan mengganggu kinerja KPK, sampai berujung pada surat e-mail yang diberikan kepada saya yang berkaitan dengan integritas saya," sebut Aries.

"Soal geng, ini kepentingan murni karena kepentingan kok, pemberantasan korupsi. Jika ada di luar, itu saya kira itu kepentingan personal," pungkas Aries.

Aries juga menjawab pertanyaan Ketua Pansus Angket KPK Agun Gunandjar soal sosok berpengaruh di tubuh KPK. Aries menjawab pertanyaan Agun. "Saya kira saya di serang karena wadah itu, di sidang tepat 14 Agustus kemarin. Banyak media menyoroti kemudian hukuman itu didatangkan, makannya saya bilang orang tersebut powerful," jelas Aries di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8).

Anggota Pansus Angket KPK F-PDIP Junimart Girsang lantas menanyakan lebih lanjut soal siapa sosok powerful itu. "Ini adalah forum terbuka. Apakah orang itu adalah penyidik?" tanya Junimart.

"Iya," jawab Aries. "Apa penyidik senior namanya Novel Baswedan" lanjut Junimart. "Iya," jawabnya pelan.

Meski demikian, Aries menjelaskan pihak yang menentangnya tidak melakukan secara terbuka atau yang lain. Pertentangan dirinya dengan penyidik powerful itu hanya seputar ide. "Secara terbuka tentu tidak, bukan menentang terbuka seperti itu. Hanya adu konsep ide dan sebagainya," jelas dia.

"LAWAN" PIMPINAN KPK -Kedatangan Aries yang tanpa izin pimpinan KPK ini memang mengejutkan. Anggota Pansus Hak Angket KPK Misbakhun memberi apresiasi atas kehadiran Aries Budiman dalam rapat Pansus. Saat dimintai tanggapan, Aries mengaku ´melawan´ pimpinan KPK untuk hadir dalam rapat. "Sepanjang karier saya, ini pertama kali saya melanggar perintah pimpinan," ungkap Aries.

Aries mengaku kehadirannya dalam rapat kali ini untuk membela KPK. Ia juga ingin mengklarifikasi soal dugaan pertemuan dirinya dengan Anggota Komisi III DPR. "Saya tetap akan datang. Ini bukan hanya soal kehormatan pribadi, tapi kehormatan lembaga KPK. Lembaga luar biasa harapan bangsa memperbaiki Indonesia," tuturnya.

Aries juga mengaku diincar oknum di dalam lembaga KPK. Dia merasa ada yang ingin memojokkannya saat ini. "Saya seolah-olah ditunjukkan foto bertemu anggota DPR berulang kali. Satu pun anggota DPR tidak ada yang saya kenal," tegas Aries.

Sebelumnya diberitakan, KPK meski telah menerima surat pemanggilan Pansus Angket untuk Aries, belum memberikan izin. Hingga saat ini, lembaga antirasuah itu belum memberi pernyataan apakah memberi izin kepada Aries atau tidak.

"Respons terhadap surat tersebut tentu perlu kami pertimbangkan terlebih dahulu agar langkah KPK tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Nanti akan kami sampaikan lebih lanjut hasilnya," terang Kabiro Humas KPK Febri Diansyah saat dimintai konfirmasi, Selasa (29/8).

Terkait kehadiran Aries di Pansus, KPK mempertegas sikapnya. "Untuk sikap KPK secara kelembagaan saya kira saat ini clear, sama dengan sikap kita saat mengirimkan respons surat terkait Miryam S Haryani waktu itu. Posisi kelembagaan KPK masih sama sampai saat ini," ujar Febri Diansyah.

"Jadi kalau pertanyaannya apakah ada izin atau tidak, kami tidak bicara soal izin tersebut karena sikap kelembagaan KPK sudah clear dari awal," lanjutnya.

Namun, pimpinan KPK melihat sisi lain dari kehadiran Dirdik. Kehadiran Aris menghadap pansus dilihat sebagai pemenuhan undangan secara personal. "Itulah yang perlu dipisahkan antara sikap kelembagaan yang sudah pernah dan sering disampaikan pimpinan, dengan undangan yang ditujukan pada Dirdik. Tentu ini perlu kita cermati lebih dulu, lebih lanjut," kata Febri. (dtc)

BACA JUGA: