JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kinerja Badan Urusan Logisitik (Bulog) dinilai masih bermasalah. Bulog dinilai belum maksimal memberikan bantuan berupa penyaluran raskin kepada masyarakat tidak mampu di daerah-daerah Indonesia. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan pembenahan mendasar yang dilakukan Bulog yaitu merevitalisasi alur bantuan raskin.

Menurut Ngadiran, minimnya standard dan skema penyaluran raskin seringkali merugikan masyarakat. Misalnya, terlambatnya penyaluran raskin mengakibatkan stok beras rusak dan tidak layak di konsumsi. "Makin lama disimpan tentunya beras akan rusak. Manajemen penyaluran stok raskin Bulog masih bermasalah," ucap Ngadiran kepada Gresnews.com, Minggu (5/4).

Ngadiran menuturkan, dampak lain kacaunya menajemen raskin ini adalah risiko yang dapat memberikan ancaman bagi kesehatan masyarakat seperti beras rusak. Ironisnya, Ngadiran mengatakan, walaupun bantuan raskin yang sampai ke tangan masyarakat dalam keadaan rusak, terkadang sebagian masyarakat terpaksa mengkonsumsinya.

Kondisi tersebut terjadi akibat keterbatasan akses masyarakat dalam menjangkau beras yang lebih baik kualitasnya. "Raskin terlambat datang akibatnya kualitas beras buruk. Namun masyarakat tetap mengkonsumsinya karena masyarakat tidak mampu membeli beras jenis lain," kata Ngadiran.

Terkait hal itu, sebagai badan yang ditugaskan negara mengelola stok beras, lanjut Ngadiran, Bulog seharusnya konsisten menjalankan kinerja secara profesional mengelola komoditas pangan nasional. Selain itu Bulog diminta dorong kerjasama dengan Kementerian Pertanian guna mewujudkan pengelolaan pangan secara berkelanjutan.

Ngadiran menilai, langkah antisipasi krisis beras misalnya dapat dicapai melalui diversifikasi pangan. Ngadiran menilai langkah diversifikasi pangan tersebut dirasa paling realistis mengingat Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah.

Kinerja penyaluran raskin oleh Bulog juga turut dikritisi oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Masrukhi Backhro. Menurut Masrukhi, kendala pelaksanaan penyaluran raskin di tingkat daerah disebabkan oleh jauhnya jarak gudang penyimpanan beras dengan penerimanya.

Faktor tersebut menjadi alasan utama menurunya kualitas raskin yang dibagikan kepada masyarakat. "Gudang beras harus didekatkan dengan penerima dan disediakan di setiap desa atau kecamatan," ucap Masrukhi.

Sesuai penemuan HKTI ,kualitas raskin yang semestinya beras medium, saat dibagikan terkadang buruk, seperti berbau dan pecah-pecah. Penerima raskin pun menjual kembali beras itu atau harus mengolahnya kembali agar tetap bisa dikonsumsi.

Melihat kondisi tersebut, perwakilan HKTI dan APPSI merasa pelaksanaan distribusi raskin yang dilakukan Bulog pada Minggu (29/3) lalu dibeberapa daerah kurang maksimal dan belum dinikmati masyarakat.

BACA JUGA: