Jakarta - Setidaknya 84 persen rakyat Indonesia menolak pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Mayoritas masyarakat justru menginginkan pemerintah menggantikan sumber energi primer yang selama ini mengandalkan bahan bakar fosil dan opsi PLTN dengan sumber energi terbarukan.

“Energi terbarukan yang dikombinasikan dengan efisiensi energi dapat menggantikan bahan bakar fosil dan nuklir tidak hanya kepercayaan mayoritas rakyat, melainkan sebuah fakta yang didukung oleh meningkatnya jumlah laporan yang resmi dan terpercaya,” ujar Ketua Tim Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara-Indonesia, Arif Fiyanto, mengutip hasil jajak pendapat global yang digelar BBC serta lembaga riset GlobeScan, dalam siaran pers yang diterima gresnews.com, Jumat (25/11).

Menurut Arif, penolakan PLTN itu berdasarkan trauma masyarakat atas bencana Fukushima, Jepang, karena  reaktor memiliki risiko yang melekat. Sayangnya, lanjut Arif, pemerintah Indonesia melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan para promotor PLTN di Indonesia justru semakin gencar melakukan sosialisasi dan promosi PLTN ketika banyak negara maju meninggalkan PLTN. Bahkan, Jerman telah memutuskan akan menutup semua PLTN-nya dan menjadi negara bebas nuklir pada tahun 2022.

“Greenpeace mendesak agar BATAN dan para promotor PLTN di Indonesia untuk menghentikan sosialisasi dan promosi PLTN di Indonesia. Mengingat Presiden SBY dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai perwakilan Kementerian ESDM, sebagai pihak yang paling otoritatif untuk menentukan arah kebijakan energi Indonesia pun sudah memutuskan bahwa PLTN adalah alternatif terakhir bagi Indonesia. Indonesia rentan bencana serta rawan korupsi, karenanya PLTN berisiko lebih tinggi tinggi jika dibangun di negeri ini,“ tegas Arif.

BACA JUGA: