Jakarta - Puluhan aktivis yang tergabung dalam Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menggelar aksi damai di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Mereka mendesak aktivitas aneka pertambangan di Tanah Air segera dihentikan.

Menurut Koordinator Jatam, Priyo Pamungkas, aktivitas pertambangan yang tidak terkontrol telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang begitu besar. Selain itu, tambah Priyo, aktivitas pertambangan juga menyebabkan konflik warga, berubahnya pola pekerjaan dan hilangnya lahan pertanian.

"Pertambangan tidak memberikan keuntungan bagi rakyat Indonesia," tegas Priyo Pamungkas dalam orasinya, Minggu (30/10).

Akibat pertambangan ini, imbuh Priyo, juga banyak menyebabkan masyarakat yang menderita kerugian. Seperti tragedi Buyat yang membuat warga kampung Buyat Pante, Minahasa, Sulawesi Utara, harus meninggalkan tanah kelahiran akibat tercemarnya tempat tinggal mereka.

Warga yang tinggal di kawasan pantai Teluk Buyat menderita penyakit-penyakit aneh yang disebabkan pembuangan limbah Tailing dari PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), perusahaan penghasil emas dari Amerika Serikat.

"Tidak hanya itu kasus lumpur Lapindo yang telah merendam 12 Desa dan 33 sekolah di Kecamatan Porong. Belum lagi fakta pelanggaran HAM telah mencapai 68 kasus di Indonesia. Untuk itu kami berharap semua masyarakat bersama-sama kami untuk ikut menolak dan menghentikan pertambangan," pungkas Priyo.

BACA JUGA: