JAKARTA, GRESNEWS.COM - Fenomena ojek online kian menjamur, tawaran penghasilan tinggi menggiurkan masyarakat untuk bergabung mendaftar menjadi pengojek online. Ojek bukan lagi menjadi profesi yang dipandang sebelah mata lantaran hasil yang diperoleh jauh lebih tinggi dari Upah Minimum Regional (UMR) di DKI Jakarta sekalipun.  

Namun alih-alih diciptakan untuk membantu masyarakat miskin dan para tukang ojek pangkalan kini ojek online malah salah sasaran. Selain banyak dikemudikan oleh orang yang sudah punya penghasilan utama sebagai pekerjaan sampingan. Kini, untuk mendaftar sebagai pengemudi ojek online pun harus lewat jalur "lobi-lobi manis".

Gresnews.com mencoba menelusuri praktek ojek online sebagai pekerjaan sampingan nan salah sasaran. Seorang pengemudi ojek online bernama Harun contohnya, sebelum masuk menjadi pengemudi ojek online ia telah berprofesi sebagai satpam di kantor bilangan Salemba. Pekerjaan sebagai satpam telah ditekuninya semenjak Februari 2015 lalu.

Penghasilan sebagai ojek online yang dijanjikan mencapai lebih dari Rp4 juta per bulan lah yang membuatnya tergiur untuk bergabung. Akhirnya, dua bulan menjadi satpam tepatnya April 2015, Harun memutuskan bergabung dengan Go-Jek, sebuah perusahaan jasa start up yang mendongkrak citra para pengojeknya.

Penghasilannya selama berprofesi sebagai pengemudi Go-Jek mampu meraup hingga lebih dari Rp5 juta per bulan. Jauh dibandingkan gajinya yang hanya sebagai satpam sekitar Rp2,7 juta per bulan.

Harun seharinya menargetkan minimal harus mencapai saldo angkut mencapai Rp200 ribu. "Biasa beroperasi di sekitaran Matraman-Salemba, ngangkut 7-8 penumpang per hari," ujarnya kepada gresnews.com, Senin (7/9).

Lain lagi dengan Harun, pengemudi Go-Jek lain yakni Bambang menceritakan latar belakangnya sebagai mahasiswa di Universitas Pamulang. Dia pun mendapatkan akses belajar sebagai mahasiswa lantaran telah bekerja di salah satu perusahaan swasta.

Namun, mendengar penghasilan dari Go-Jek yang menggiurkan ia pun ikut mendaftar pada penjaringan masal di Senayan beberapa waktu lalu.

CALO GO-JEK - Sayangnya, saat mendaftar di Senayan saat itu, ia hampir putus asa lantaran ikut mendaftar di antrian "biasa" dan hampir tak diterima. Setelah berjam-jam menunggu di bawah terik matahari ia pun ingat punya kenalan orang dalam.

"Saya akhirnya katakan ke salah satu panitia di sana, kenal oleh bapak ´X´ lalu diarahkan langsung ke dalam menemui bapak tersebut," ujarnya kepada gresnews.com beberapa waktu lalu.

Ia menceritakan pada saat pendaftaran saat itu, beberapa oknum orang dalam memang memiliki "tiket masuk" yang dijual. Per oknum mempunyai 10 tiket, per tiket dapat dijual mulai dari Rp100-200 ribu. Lain Bambang, lain pula HA, ia menceritakan memang membawa orang untuk masuk sebagai pengemudi Go-Jek.

"Memang ada yang dijualin Rp100-200 ribu. Yang bawa orang juga dapat dari kantor Rp150 ribu/orang," ujarnya kepada gresnews.com beberapa waktu lalu.

HA yang sebelumnya bekerja serabutan menyatakan agak kecewa dengan mekanisme penerimaan ojek online ini. Pasalnya pembentukan ojek online untuk membantu para pengangguran dan tukang ojek pangkalan pun menjadi tak tepat sasaran.

Apalagi, semenjak penyaringan menjadi sulit lantaran membludaknya para pelamar ojek online, sehingga tiket masuk pun diperdagangkan. "Yang benar-benar cari kerja dan pengangguran jadi tidak tersaring gara-gara yang punya counter, yang kerja ikut ojek online," katanya.

Jika dihitung, maka oknum dalam ini bisa mendapatkan Rp1-2 juta setiap membawa 10 orang. Tak jauh dengan Go-Jek, rivalnya, pun dianggap tak berbeda, salah seorang pengemudi ojek yang tak lolos masuk ojek online merk terkenal lainnya, Sarbawi menyatakan harus membayar sejumlah uang saat mendaftar. "Saya datang ke kantornya cuma ambil antrian, masuknya harus bayar, digajinya pun pukul rata," katanya pada gresnews.com, Jumat (4/9).

PEMBENAHAN - Salah satu Humas ojek online, yang tak mau disebutkan namanya menyatakan saat ini Go-Jek memang sedang menutup pendaftaran pengemudi Go-Jek untuk umum. "Kita sekarang memang sedang fokuskan ke ojek pangkalan, supervisor kita datang cek ke lapangan untuk rekrut mereka," katanya kepada gresnews.com, Senin (7/9).

Ia menjabarkan setelah supervisor melakukan survey ke lapangan, maka tiket yang mereka miliki diberikan ke pendaftar. Namun ia menegaskan tak dipungut biaya sepeser pun. Jika pun ada maka oknum tersebut merupakan oknum yang tak bertanggung jawab dan menjual tiket palsu.

"Kita pernah tangkap beberapa orang yang memang jual tiket palsu langsung kita laporkan polisi. Kita ini kerjasama dengan Satgass dan Brimob jadi pasti diproses," katanya.

Para calon pengemudi yang tak diterima saat pendaftaran biasanya lantaran dokumennya yang tak sesuai. Namun, jika pelamar merupakan ojek pangkalan maka akan mendapatkan dispensasi khusus. "Prioritas ojek Pangkalan, jika setelah disurvei benar mangkal maka bisa langsung gabung," katanya.

Untuk para pengemudi Go-Jek sambilan yang sudah kadung masuk, nantinya pihak perusahaan akan mengoreksi kinerjanya. Yang benar-benar menjadikan Go-Jek sebagai sambilan akan diberhentikan.

Seleksi akan didasarkan banyak jumlah penumpang yang dapat diangkut per hari, jika tak sesuai maka Go-Jek sambilan tersebut harus rela melepas pekerjaan keduanya. "Kan kelihatan mana yang benar-benar full time dan mana yang freelance. Tapi mekanisme detailnya masih dibahas," jelasnya.

BACA JUGA: