Ini kisah absurd dari tubuh Polri. Bripda Waldi, anggota muda Polres Tebo, bukan sedang memburu penjahat—tapi malah jadi tersangka pembunuh dosen cantik di Bungo, Jambi. Lebih gila lagi, dia kabur pakai wig rambut panjang!
Ya, polisi yang seharusnya menyamar demi tugas, justru menyamar demi lolos dari kejaran rekannya sendiri. Rekaman CCTV membongkar penyamarannya, dan tak sampai 24 jam, wig-nya kalah dari logika hukum.
Motifnya disebut-sebut asmara. Tapi publik bertanya: di mana hati nurani aparat, ketika cinta berubah jadi kejahatan, dan kejahatan malah ditutupi rambut palsu?
Kini Waldi terancam diadili dua kali—di meja hukum dan meja etik Polri. Tapi kita tahu, meja etik sering lebih sunyi daripada ruang interogasi.
Jadi, kalau Bripda Waldi bisa menipu dengan wig, apakah keadilan kita juga cuma kosmetik yang mudah dicopot saat tertangkap basah?
