Dari ketiga pasangan yang mengikuti Pilgub DKI 2017, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) disebut memiliki elektabilitas paling tinggi. Namun, bukan berarti elektabilitas pasangan yang diusung PDIP, Golkar, Nasdem, dan Hanura tak bisa terkejar.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari memperkirakan suara Ahok-Djarot yang didukung empat partai itu bisa terpecah.

"Walaupun untuk pastinya harus survei, karena ada tiga pasangan calon kemungkinan Pilkada DKI 2 putaran karena suara inkumben terpecah," kata Qodari di Jakarta, Minggu (25/9).

Adanya dua pasangan yang menjadi lawan Ahok-Djarot, yaitu Agus Harimurti-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno lah yang membuat suara pemiih terpecah.

"Suara inkumben bisa terpecah, karena inkumben dikeroyok dari kanan dan kiri. Ada dua kelompok yang menggerogoti suara inkumben," kata Qodari.

Pasangan Ahok-Djarot, diusung oleh empat parpol, yaitu Nasdem (5 kursi DPRD DKI), Hanura (10), Golkar (9), dan PDIP (28). Total kekuatan kursi Ahok-Djarot di DPRD DKI berjumlah 52 kursi. Perolehan suara parpol pendukung Ahok-Djarot di Pemilu 2014 lalu: Nasdem (206.117 suara); Hanura (357.006); Golkar (376.221); dan PDIP (1.231.843). Total perolehan suara keempat parpol itu 2.171.187 suara.

Selain diusung empat parpol itu, Ahok-Djarot juga didukung oleh relawan Teman Ahok yang mengklaim telah berhasil mengumpulkan satu juta KTP dukungan untuk Ahok. (mon/dtc)

BACA JUGA: