JAKARTA, GRESNEWS.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) memberhentikan sementara perdagangan saham (suspend) PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Penghentian sementara itu dilakukan pada perdagangan sesi II di seluruh pasar.

Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Non Group Bursa Efek Indonesia Natal Naibaho menjelaskan, suspensi itu dilakukan dalam rangka menjaga pasar yang teratur, wajar dan efisien. Karena itu, BEI memutuskan untuk melakukan penghentian sementara efek perseroan di seluruh pasar.

Hal itu terhitung sejak sesi II perdagangan hari Senin, 27 April 2015. "Bursa meminta kepada para pemangku kepentingan untuk memperhatikan setiap keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan khususnya mengenai Penawaran Umum Terbatas I," kata Natal dalam laporan keterbukaannya, Jakarta, Senin (27/4).

Hal tersebut merujuk keterbukaan informasi Waskita Karya tertanggal 24 april 2015, perihal Pemberitahuan Rencana rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Saham Waskita sendiri dinilai bergerak secara tidak wajar di bursa. Saham perusahaan konstruksi pelat merah itu turun 65 poin atau 3,64% ke level Rp 1.720 per saham, hingga berakhirnya sesi I perdagangan tadi siang.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk Antonius Yulianto TN menjelaskan mengenai fenomena ini. Dia mengatakan, keterbukaan terkait RUPSLB menyangkut jumlah saham yang akan diterbitkan, rasio HMETD (right issue), harga pelaksanaan HMETD belum dapat disampaikan karena masih dalam proses kajian. Kemudian penggunaan HMETD akan digunakan untuk pembangunan proyek jalan tol transmisi.

"Rencana tanggal penyampaian keterbukaan informasi melalui prospektus ringkas penerbitan HMETD pada tanggal 30 April 2015," kata Antonius dalam laporan keterbukaannya.

Sementara itu, Pengamat ekonomi politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menilai setelah mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun yang bersumber dari pajak rakyat dan rencana privatisasi melalui rights issue sebesar Rp5,2 triliun, saham Waskita malah menunjukkan penurunan.

Itu, kata Salamuddin, menunjukkan kalau Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno tidak becus dalam mengurus BUMN. Dia menambahkan, jika BUMN satu persatu kinerjanya mengalami penurunan seperti Waskita, hal itu dikarenakan salah kelola atau perusahaan BUMN menjadi bahan bancakan dari oknum pemerintahan.

"Rini harus mundur dari Menteri BUMN. Bagaimana mau bangun infrastruktur kalau mengurus BUMN saja tak mampu?" kata Salamuddin.

BACA JUGA: