JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina (Persero) menyatakan keberatannya atas rencana Kementerian Perhubungan tetap membangun pelabuhan Cilamaya. Jika Kemenhub tetap nekat melanjutkannya, Pertamina khawatir sepertiga wilayah kota Jakarta akan mengalami pemadaman lampu. Sebab di wilayah tempat dibangunnya pelabuhan Cilamaya dengan segala fasilitas pendukungnya itu, ada saluran gas yang menyuplai kebutuhan wilayah Jakarta.

Manajer Humas PT Pertamina (Persero) Adiatma mengatakan suplai gas di Cilamaya dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi ONWJ, dimana gas tersebut menyuplai sepertiga wilayah Jakarta. Produksi gas yang dihasilkan pun sangat besar yaitu 400.000 ribu barel per hari.

Produksi gas tersebut, kata Adiatma, sangatlah besar. Jika pipa gas tersebut ditutup maka industri-industri yang menggunakan bahan baku seperti pupuk akan terpengaruh dan sepertiga wilayah Jakarta akan padam.

"Ini disaat kita menaikkan 1000 barel per hari saja sulit, ada sumur 400.000 barel per hari malah ingin ditutup," kata Adiatma kepada Gresnews.com, Jakarta, Minggu (1/3).

Adiatma mengatakan Pertamina sudah mengajukan surat kepada Presiden Jokowi untuk membahas pembangunan pelabuhan Cilamaya. Pertamina menyarankan lebih baik memindahkan lokasi pelabuhan daripada memindahkan saluran minyak dan gas, sebab minyak dan gas sangat sulit untuk dipindahkan.

Apalagi terdapat saluran pipa gas di bawah laut sepanjang 1800 Kilometer (km) di Cilamaya. "Ya kan gas dari Cilamaya memang disalurkan ke Jakarta dan memang untuk suplai ke Jakarta," kata Adiatma.

Menanggapi keberatan pihak Pertamina itu, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby Mamahit mengatakan Kementerian Perhubungan akan tetap membangun pelabuhan Cilamaya sesuai dengan rencana sebelumnya. Jika Pertamina mempermasalahkan pembangunan pelabuhan Cilamaya karena adanya pipa gas, menurut Bobby pelabuhan Tanjung Priok pun hingga saat ini terdapat saluran pipa gas namun untuk operasional masih tetap berjalan.

Bahkan, kata Bobby, seperti selat di Singapura terdapat pipa gas dan kabel yang lebih banyak daripada di Indonesia. "Singapura itu beratus-ratus kapal yang lewat," kata Bobby.

Dia mengatakan jika pelabuhan Cilamaya tidak dibangun maka pelabuhan Tanjung Priok akan bernasib sama seperti Bandara Internasional Soekarno Hatta. Dia memperkirakan arus barang akan mencapai 15 juta TEUs (twenty feet equivalent unit--setara kargo ukuran 20 feet) dan meningkat mencapai 20 juta TEUs pada tahun 2030 di pelabuhan Tanjung Priok.

Artinya pelabuhan Tanjung Priok sudah tidak mampu menampung jumlah lalu lintas barang. "Mau bangun pelabuhan dimana? Bangun pelabuhan kan perhitungan akurasinya dengan jelas," kata Bobby.

BACA JUGA: