JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah berencana mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam draf Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016. Pengurangan subsidi BBM jenis solar yang mencapai Rp16 triliun itu rencananya akan dialihkan untuk anggaran meningkatkan rasio elektrifikasi di sejumlah daerah.

Pengalihan anggaran subsidi BBM ini mengingat turunnya harga minyak dunia yang berpengaruh pada patokan harga minyak di dalam negeri. Rendahnya harga jual BBM membuat pemerintah memiliki keleluasaan menggunakan anggaran subsidi itu untuk keperluan lainnya. Direncanakan anggaran subsidi itu dialihkan ke sektor listrik.  

Rencana pengalihan subsidi BBM ke Listrik ditanggapi Direktur Eksekutif Energy Wacth Indonesia ( EWI) Ferdinand Hutahean. Menurutnya, jika pemerintah ingin mengurangi atau mencabut subsidi BBM harusnya dialihkan kepada pos anggaran di sektor minyak dan gas (migas) juga.

"Misalnya untuk menjadi dana stabilisasi harga BBM dengan catatan harga BBM diubah mekanismenya tidak lagi seperti sekarang, atau digeser ke subsidi LPG 3 Kg atau kepada pembangunan infrastruktur migas," kata Ferdinand kepada gresnews.com, Kamis (31/3).

Ferdinand menegaskan, jika pemerintah menggunakannya untuk pos lain, sebaiknya tetap di sektor energi. "Kita menyambut baik. Yang penting bagaimana perencanaan dan pemanfaatan dana itu, benar-benar tepat bagi pertumbuhan sektor energi terutama pada pengembangan energi baru," jelasnya.

Pengembangan, menurutnya,  juga harus fokus pada program yang langsung bisa dinikmati masyarakat. Jangan sampai anggaran itu digunakan hanya sebatas retorika program atau bahkan dialihkan ke sektor lain di luar migas.

MOTIVASI BANGUN PEMBANGKIT - Sementara itu, anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldi Dalimi menilai Program Indonesia Terang ( PIT) ini untuk menimbulkan motivasi agar semua stakeholder berusaha membangun Pembangkit Listrik.

"Dulu pernah ada pencanangan "Indonesia Bebas Pemadaman", tetapi pemadaman terus terjadi. Ini pun bisa begitu," kata Rinaldi kepada gresnews.com, Kamis (31/3).

Rinaldi menjelaskan, Program Indonesia Terang (PIT) sebenarnya adalah program pembangunan Pembangkit Listrik, agar pelanggan yang ada tidak terjadi pemadaman, dan rasio elektrifikasi bisa seratus persen.

Seperti diketahui sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa dialihkan ke sektor produktif lain, salah satunya untuk pengadaan listrik melalui Program Indonesia Terang (PIT).

Sujatmiko menyebutkan, rencana pengalihan subsidi BBM  ke sektor ketenagalistrikan itu dilakukan terkait fenomena rendahnya harga minyak dunia yang saat ini berada di level US$ 40.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, pihak jajaran Kementerian ESDM akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak termasuk Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan PT Pertamina (Persero).

"Ya, nanti kita akan bahas dalam Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) dan kami pun sudah sempat sampaikan ke DPR terkait soal ini," kata Sujatmiko di Jakarta, Rabu (30/3).

Untuk diketahui, dalam APBN 2016 pemerintah telah mengalokasikan subsidi BBM sebesar Rp1.000 untuk setiap solar dan minyak tanah yang dijual ke masyarakat. Kuota BBM subsidi itu sekitar 16 juta kilo liter (Kl) sehingga besaran subsidi  BBM tahun 2016 mencapai Rp16 triliun.

Rencana pengalihan subsidi sebesar Rp16 triliun itu akan diarahkan pada Program Indonesia Terang ( PIT). Sujatmiko mengaku PIT  diluncurkan guna mencapai target rasio elektrifikasi nasional dari 85 persen pada 2015 menjadi 97 persen pada 2019. Program itu akan diluncurkan di beberapa daerah. Dimana target penyediaan energi listrik itu akan menyasar daerah-daerah di Indonesia Timur termasuk Papua.

"Untuk saat ini masih 12 ribuan desa tertinggal yang belum menerima aliran listrik, jadi ini prioritas kami," pungkasnya.

Namun, dari catatan Kementerian ESDM, desa-desa yang hingga kini belum mendapatkan aliran listrik diantaranya Pegunungan Batang, Tolikari, Yahukimo, Puncak Jaya, Lanny Jaya, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Puncak Nduga, Intan Jaya, Yalimo, Supiori, Paniai, Dogiyai, Deiyai, Teluk Wondama, Tambraw, dan Maybrat.

BACA JUGA: