JAKARTA - Lembaga sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan PT Pertamina (Persero) diminta untuk bersikap tegas dalam upaya mewujudkan energi bersih untuk semua (#cleanbiofuelforall) dengan mengambil tindakan terhadap korporasi anggota RSPO dan pemasok yang terbukti terlibat pembakaran hutan dan lahan. Dalam pertemuan rutin tahunan RSPO ke-17 yang dimulai hari ini hingga 5 November mendatang di Bangkok, Thailand, isu kebakaran hutan dan lahan yang melibatkan anggota RSPO selayaknya masuk agenda penting pembahasan. 

"Kebakaran hutan dan lahan ditemukan juga dalam konsesi sawit milik perusahaan yang merupakan anggota RSPO," begitu dikutip dari pernyataan Koalisi Masyarakat Sipil #cleanbiofuelforall yang diperoleh Gresnews.com, Sabtu (2/11). Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam koalisi tersebut antara lain Sawit Watch, Perkumpulan Lingkar Hijau, dan Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK).

Koalisi menemukan fakta beberapa titik kebakaran terjadi di area konsesi milik perusahaan anggota RSPO yang juga telah bersertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Terdapat setidaknya 19 perusahaan anggota RSPO di Sumatera dan Kalimantan yang terbakar lahan konsesinya. Bahkan, beberapa perusahaan tersebut berada di area gambut dan merupakan salah satu pemasok bagi perusahaan penghasil biofuel. Apabila biofuel digadang-gadang sebagai solusi alternatif bagi energi terbarukan maka hendaknya perusahaan pemasoknya harus menerapkan prinsip NDPE (No Deforestation, No Peat, and No Exploitation).

Salah satu area konsesi yang terbakar berada di wilayah gambut yang terdaftar atas nama PT Dendymarker Indah Lestari (DIL) di Sumatera Selatan. Di area tersebut terjadi kebakaran berulang pada September dan Oktober 2019. Pada 2015, area tersebut juga terbakar. Menurut koalisi, itu menunjukkan air di lahan gambut DIL tidak dikelola dengan baik sehingga sudah menjadi kering. Merujuk laman RSPO, DIL merupakan entitas anak SIPEF Group, induk perusahaan agroindustri Belgia yang tercatat menjadi anggota RSPO sejak 7 Desember 2005.

Area lain yang ditemukan terbakar berada di wilayah konsesi PT Samora Usaha Jaya (SUJ) di Ogan Komering Ilir (OKI) yang merupakan entitas anak PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan tercatat menjadi anggota RSPO sejak 24 Juli 2006. Luas lahan yang terbakar 3.600 hektare pada Juli-September 2019. Koalisi menduga, lahan itu disiapkan untuk ditanami sawit. Berdasarkan keterangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 99,23% saham SUJ dikuasai oleh TBLA.

“RSPO sebagai penjamin perusahaan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan harus mengambil sikap tegas atas perusahaan-perusahaan yang seperti ini. Selain itu, jika tidak menerapkan prinsip NDPE maka perusahaan ini hendaknya tidak diterima sebagai pemasok biofuel," kata Direktur Eksekutif Sawit Watch Inda Fatinaware.

RSPO hendaknya menyatakan secara terbuka dan jujur bahwa sebagian anggotanya memang terbukti terbakar areal konsesinya. ISPO sebagai instrumen negara yang melabeli #sawitbaik juga jangan hanya membagi-bagi sertifikat. Isi dari ISPO yang merupakan pengejawantahan hukum-hukum positif seharusnya mampu mendesak perusahaan mematuhi hukum. "Jika perusahaan sudah ISPO tapi terbakar lahannya, dapat menjadi indikasi ada hukum yang dilanggar oleh perusahaan tersebut," kata Inda.

Berkaitan dengan Pertamina, Koordinator Perkumpulan Lingkar Hijau Hadi Jatmiko mengatakan Pertamina juga dapat menapis pemasok yang tidak menerapkan NDPE. Produk dari sawit berupa biofuel dibeli oleh Pertamina untuk digunakan sebagai pencampur solar B20.

"Pertamina selaku BUMN harusnya berperan aktif membantu rezim saat ini menghentikan karhutla dengan menghentikan pembelian biofuel dari perusahaan yang melakukan atau ditemukan di dalam wilayah izinnya terbakar," kata Hadi.

Berdasarkan informasi dan data yang dihimpun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah memproses hukum sebanyak 79 perusahaan pemilik konsesi dan satu perorangan per 16 Oktober 2019. Sampai dengan akhir September 2019, KLHK melansir luas area kebakaran mencapai 857.756 hektare yang terdiri dari 630.451 hektare lahan mineral dan 227.304 hektare lahan gambut. (G-1)

BACA JUGA: