JAKARTA, GRESNEWS.COM - Maraknya peredaran beras sintetis yang terbuat dari plastik di pasaran, membuat DPR RI harus memperingatkan Kementerian Sosial (Kemensos). Mereka mengkhawatirkan beras miskin (raskin) yang didistribusi kepada warga juga turut tercemar beras plastik.

DPR menghendaki agar beras sintetis tidak terdistribusi kepada 15,5 juta penerima raskin. Beras bersubsidi harus layak konsumsi dan tidak bercampur dengan beras sintetik.

"Kemensos semestinya segera berkordinasi dengan Bulog, sebagai KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) program raskin, mereka punya hak mengecek mutu dan kualitas beras yang didistribusikan ke masyarakat," kata Saleh Partaonan Daulay, Ketua Komisi VIII DPR RI, kepada Gresnews.com, Kamis (21/5).

Kekhawatiran bercampurnya beras plastik ke dalam raskin bukan sesuatu yang berlebihan. Pasalnya, di pasar terbuka saja, beras sintetik banyak ditemukan. Tak tertutup kemungkinan ada pihak yang ingin mencari keuntungan dengan memasukkan beras sintetis ke dalam raskin.

"Sejauh ini memang belum ada laporan, walau demikian, harus dipastikan beras raskin betul-betul bebas dari beras plastik," katanya.

Beras subsidi yang menggunakan uang negara benar-benar harus membantu masyarakat miskin. Jangan sampai justru membawa penyakit dan gizi buruk serta menimbulkan masalah baru.

Kemensos dapat melakukan pengecekan dan pengawasan secara cepat dengan menggunakan jaringan luas yang dimilikinya sampai ke tingkat kelurahan dan desa. Sebelum beras sintetik betul-betul bersih dari peredaran, pengawasan harus tetap dilakukan secara berkala.

"Dengan demikian, beras yang didistribusikan ke masyarakat miskin dapat dipastikan benar-benar layak konsumsi," katanya.

Sementara itu, hasil uji lab beras plastik yang beredar di Pemerintahan Kota Bekasi telah diumumkan. Uji lab yang dilakukan oleh Succofindo menyatakan beras tersebut mengandung polyfiner yang merupakan bahan baku pipa plastik.

"Mengidentifikasi adanya kandungan senyawa yang identik dengan polyfiner," ujar Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi di Kantor Wali Kota Bekasi, Kamis (21/5).

Beras sintetis mulanya terdeteksi setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi, Dewi Septiani, curiga saat memasak beras yang dibeli di toko langganan. Keanehan dari beras tersebut dia rasakan setelah mengolahnya menjadi bubur namun tidak berubah menjadi encer seperti biasanya.

Jajaran Kepolisian Sektor Bantargebang, Bekasi, menutup sebuah toko yang diduga menjual beras sintetis kepada Dewi Septiani, penjual bubur di Mutiara Gading Timur. Selain menutup toko, polisi juga mengambil sampel beberapa karung beras untuk diuji di laboratorium.

BACA JUGA: