JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati mengemukakan penyebab tidak berfungsinya peranti Emergency Locater Transmitter (ELT) milik pesawat Airasia QZ 8501 disebabkan oleh pendaratan darurat di laut dimana terjadi benturan keras yang menimpa badan pesawat. "Terjadi benturan yang sangat keras di tempat ELT terpasang sehingga kemungkinan besar alat tersebut rusak dan tidak menyala," jelas Arista kepada Gresnews.com, Sabtu (3/1).
 
Atas dasar itu, Arista berasumsi, telah terjadi pendaratan yang tidak stabil saat pesawat resmi dinyatakan hilang kontak dari radar Air Traffic Control (ATC) bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Dia melanjutkan, kronologis jatuhnya pesawat juga dapat dilihat dari rusaknya ELT yang umumnya terpasang di kokpit, pintu, dan ekor pesawat.

Berdasarkan posisi ini, Arista menganalisa, timbulnya banyak korban jiwa diakibatkan badan pesawat Airasia yang kemungkinan menghujam secara utuh ke laut dengan kecepatan yang tinggi. Sesuai regulasi dan prosedur keselamatan penerbangan, Arista menggarisbawahi setiap maskapai atau perusahaan penerbangan diwajibkan memasang ELT.

Fungsi ELT tersebut sangat esensial dan diperlukan untuk proses investigasi pasca insiden kecelakaan. "Secara rinci fungsi ELT adalah merekam data terkait kejadian, melacak segala bentuk insiden dan menginformasikan kondisi, lokasi, serta posisi terakhir pesawat," ujar Arista.

Arista mengungkapkan, dalam kondisi pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan, hal utama yang wajib ditemukan adalah ELT dimana alat tersebut akan menginformasikan keberadaan pesawat sesuai titik ordinatnya. "Tidak ada alat lain yang dapat diandalkan selain ELT kecuali pesawat masih mengudara karena ada radar ATC akan terus mengetahui posisi pesawat melalui sinyal Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B)," ujarnya.

Sebelumnya, pihak Basarnas sempat kesulitan melacak keberadaan pesawat tersebut karena peralatan ELT yang seharusnya memancarkan sinyal tertentu yang bisa ditangkap pihak Basarnas untuk menentukan lokasi pesawat, tak berfungsi.

"Kalau ELT-nya bekerja, kita bisa cepat. Ini perkembangan dinamika dari perencanaan operasi. Kenapa radar militer tidak menangkap, primary radar itu jangkauannya tidak sejauh dengan operasional sipil. Primary radar itu ada di Tanjung Pinang dan Kalid. Ada sistem integerasi antara radar militer dan sipil. Sehingga radar premier tidak menangkap," ujar Kepala Basarnas Marsdya TNI F Henry Bambang Sulistyo dalam jumpa pers di kantornya, Kemayoran, Jakarta Utara, Selasa (31/12).

Untungnya, per hari ini, Sabtu (3/1) Basarnas akhirnya mampu menemukan dua benda diduga potongan pesawat Airasia QZ8501. "Genangan minyak dan bagian besar dari pesawat ini saya pastikan itu adalah bagian dari pesawat AirAsia yang kita cari selama ini," ujar Soelistyo.

Dia menambahkan, dua obyek tersebut terdiri dari obyek tiga dimensi berukuran 9,2 x 4,6 x 0,5 meter dan obyek dua dimensi berukuran 7,2 x05 meter. Obyek tersebut ditemukan malam tadi sekitar pukul 23.40 WIB.

BACA JUGA: