JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pergelaran musik beraliran Jazz di kawasan Paltuding di kaki Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur yang digelar Sabtu (8/11) malam,masih menyisakan suara sumbang. Para aktivis lingkungan masih memprotes keras karena acara tersebut dihelat di lahan konservasi yang seharusnya terbebas dari segala bentuk kegiatan yang berpotensi merusak lahan tersebut.

Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jember, Sunandar Trigunajasa saat dikonfirmasi Gresnews.com juga mengakui hal itu. Bahkan, pihaknya mengaku telah mengirimkan surat agar acara tersebut dibatalkan. Tetapi, pada kenyataannya surat tersebut tidak diindahkan dan acara itu tetap digelar oleh Pemerintah Daerah Banyuwangi.

Sunandar pun mengaku tidak bisa berbuat banyak. Ia beralasan tidak ingin membuat keributan dan menimbulkan gesekan dengan Pemda Banyuwangi. Apalagi, acara tersebut merupakan upaya promosi terhadap kawasan Gunung Ijen.

"Memang ketika dilapangan, enggak enak berbenturan. Penyelenggaranya kan Pemda, membantu promosi juga. Tapi memang peraturannya menjadi kendala, satu sisi konservasi," kata Sunandar kepada Gresnews.com, Minggu (9/11) malam.

Selain itu, alasan lain yang membuatnya kesulitan untuk melarang acara ini yaitu konser Jazz Ijen juga merupakan ajang mencari dana untuk membantu penduduk setempat yang kehilangan pekerjaan karena terjadinya kebakaran hutan beberapa waktu lalu. Ia khawatir akan ada bentrokan dengan penduduk jika acara tersebut batal digelar.

Sunandar mengklaim ikut memantau acara tersebut untuk meminimalisir potensi kerusakan kawasan konservasi. Namun, ia mengakui bahwa cahaya dan suara yang diakibatkan konser tersebut memang tidak bisa dihilangkan sehingga mengganggu kawasan konservasi itu.

"Cahaya, diarahkan ke ketempat lain, efek diminimalisir. Tetapi memang cahaya walau bagaimanapun kurang bisa ditolerir. Untungnya satwa kurang melimpah, tapi tetap saja mengganggu," tandasnya.

Ia juga mengaku telah memperingatkan Pemda agar acara ini tidak lagi diadakan untuk menjaga ekosistem di kawasan konservasi Gunung Ijen. "Kita sudah peringatkan ini yang terakhir, dan mereka menyanggupinya," cetus Sunandar.

Sementara itu, para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Banyuwangi´s Forum For Environmental Learning (BaFFEL) menyayangkan tetap digelarnya acara ini. Di sekitar lokasi acara mereka sempat membentangkan spandung bertuliskan "Cagar Alam Ijen Kawasan Konservasi, Bukan Konser Musik".

Saat dihubungi Gresnews.com, koordinator BaFFEL Ari Restu mengatakan penolakan ini karena pargelaran musik Jazz itu bisa merusak ekostem. Apalagi, kejadian itu hanya berlansung tidak lama setelah terjadinya kebakaran hutan di lokasi tersebut.

"Seharusnya konser bisa dilakukan diluar wilayah konservasi itu dilindungi, apalagi sudah dilarang BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam)," ucapnya kepada Gresnews.com, Minggu (9/11) malam.

Selain akan merusak kawasan, konser ini dikhawatirkan menjadi alasan bagi penyelenggara lain untuk mengadakan acara serupa di kawasan yang dilindungi. "Mereka bisa saja bilang di Banyuwangi boleh, masa kita nggak boleh? Berapa banyak nanti kawasan konservasi yang rusak," tegas Ari.

BACA JUGA: