JAKARTA, GRESNEWS.COM - Lembaga Informasi dan Komunikasi Pembangunan Solidaritas Angkatan 1966 (Lintasan ’66) menyambut baik statement Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj agar bangsa Indonesia kembali ke dasar negara Pancasila. Said Aqil juga meminta segenap bangsa berjuang untuk memulihkan kondisi NKRI ini, sehingga keutuhan NKRI tetap dijaga, tidak hanya secara geografis, tapi secara politik, ekonomi, dan budaya Indonesia agar kembali menjadi negara yang berdaulat. "Kembalinya kita ke Pancasila untuk menyelamatkan NKRI yang mulai terpecah. Tentu wajib bagi aktivis Angkatan 1966, khususnya dari eksponen KAPPI, untuk mendukung," kata Ketua Umum Lintasan ’66 Teddy Syamsuri lewat rilis yang diterima redaksi Gresnews.com, Minggu (2/2).

Karena itu, kata Teddy, semangat reformasi yang dilandasi semangat liberalisme harus dihentikan. Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden mendatang, kata Teddy, seharusnya dijadikan momentum bagi para calon anggota legislatif dan calon presiden sebagai ajang menetapkan tekad kembali ke Pancasila. "Jangan ada lagi mindset para elite politik di tengah kegandrungan iklim demokrasi dan kebebasan ini, kemudian sesuka hatinya menafikan Pancasila hanya karena di balik dirinya sebenarnya menjadi agen asing, atau berjuang untuk kekuasaan yang pragmatis dengan alasan menegakkan demokrasi, tranparansi dan kebebasan," ujarnya.
 
Pembangunan, kata Teddy, harus dilandaskan pada semangat gotong-royong. Karena itu, menurut dia, segenap bangsa harus memiliki kewajiban moral untuk kembali ke Pancasila dan UUD 45. "Mendukung sekaligus mendorong kaum nahdliyin bersama-sama komponen bangsa yang lainnya untuk menghentikan ancaman pecah-belah terhadap NKRI dengan kembali kepada Pancasila," ujar Teddy.

Sebelumnya, dalam peringatan harlah atau hari jadi ke-88 Nahdlatul Ulama pada Jumat malam kemarin, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menyatakan keprihatinannya atas kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang saat ini mulai terpecah belah.  "Segenap bangsa harus berjuang untuk memulihkan kondisi NKRI ini, sehingga keutuhan NKRI tetap dijaga, tidak hanya secara geografis, tapi secara politik, ekonomi, dan budaya Indonesia agar kembali menjadi negara yang berdaulat," kata Said Aqil.
 
Hadirnya reformasi dengan semangat liberalisme yang tanpa batas, menurut Said, telah menyebabkan upaya merombak NKRI serta mengganti atau merevisi Pancasila terus berjalan. Dilihat dari sudut pertahanan, menurutnya, integritas NKRI sudah mulai mengendur. Hal tersebut terbukti dengan terjadinya pelanggaran wilayah oleh negara-negara tetangga. Dari segi ekonomi, menurut Said, telah terjadi liberalisasi perdagangan dengan dibebaskannya investasi asing masuk ke semua sektor strategis. Akibatnya, saat ini ekonomi nasional tidak lagi di bawah kendali bangsa sendiri, tetapi telah dikuasai asing.
 
Terakhir, lanjut Said, di sektor kebudayaan, pengaruh asing mulai menerobos hingga ke sektor privat (swasta). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada terus-menerus menggerus akar budaya Indonesia. Menurutnya, sarana paling tepat untuk menjaga keutuhan NKRI yang mulai runtuh dan terpecah belah tersebut adalah Pancasila. Pancasila kata Said Aqil memiliki falsafah Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan tali pengikat keragaman bangsa.

Bagi NU, tegas Said, membela NKRI dengan Pancasila merupakan keharusan untuk menjaga kesatuan dan kedamaian negeri ini. Dan, hal itu juga sekaligus merupakan kewajiban syar´i (diwajibkan dalam syari´at Islam). "Karena membela negara wajib hukumnya," ujarnya.
 

BACA JUGA: