JAKARTA - Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, fatwa semestinya menjadi respon proaktif dari para otoritas fatwa dalam menanggapi dan mengantisipasi berbagai persoalan umat Islam sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial kemasyarakatan, seperti kloning manusia, bioteknologi, perbankan dan sebagainya.

"Bukan saatnya lagi berbagai lembaga otoritas fatwa hanya bersikap reaktif terhadap persoalan yang muncul di tengah umat Islam," kata Menag pada penutupan Konferensi Internasional tentang Fatwa di Jakarta, seperti dilansir kemenag.go.id, Rabu (26/12).
 
Dalam rangka langkah proaktif dan antispatif tersebut, agenda penting umat Islam adalah bagaimana merumuskan suatu metode baru, yang mengedepankan prinsip al-mashlahah yang dikaitkan dengan konteks global kontemporer dalam aspek ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun aspek sosio kultural umat Islam di dunia.

"Dengan kata lain produk-produk fatwa mengedepankan pemenuhan kebutuhan hukum yang bersifat publik, di samping tentunya tetap memberikan jawaban terhadap aspek-aspek teknis ubudiyah yang dibutuhkan umat Islam," kata Menag.

BACA JUGA: