GEREJA Katolik Roma tidak pernah mengeluarkan larangan terhadap konser Lady Gaga, meski diketahui Lady Gaga menghujat simbol-simbol gereja. Kontroversi pelantun Poker Face disikapi gereja dengan arif, karena hal itu tidak lantas mengguncangkan iman penganut Katolik. Sikap penolakan penganut Kristen garis keras di Korea Selatan dan Filipina disikapi aparat setempat dengan pembatasan pada Lady Gaga tanpa harus melarang konser seperti diterapkan di Indonesia.

Penegasan tersebut dikemukakan Sekretaris Eksekutif Komisi HAK Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Antonius Benny Susetyo menyikapi penolakan konser Lady Gaga di Korea dan Filipina.

"KWI belum ada sikap resmi, karena itu nggak ada kaitan dengan KWI, ini pendapat saya pribadi. KWI tidak merespons itu," kata Benny kepada Gresnews.com di Jakarta, Senin (21/5).

Lady Gaga ternyata tidak hanya ditolak di Indonesia. Kelompok konservatif Kristen di Filipina, Sabtu, menggelar demonstrasi di dekat sebuah pusat perbelanjaan. Demo digelar untuk menuntut pembatalan dua konser pelantun Poker Face di Manila, pekan depan lantaran lagunya dituding membawa lirik-lirik setan.

Laman Rolling Stones melansir negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Katolik Roma mengutuk Lady Gaga, yang menganjurkan penolakan dan menyerang ajaran Yesus Kristus dan kitab Injil.

"Dia memproklamirkan diri sebagai penentang Yesus dan Injil," kata Ruben Abante, pimpinan pengunjuk rasa dari kelompok Biblemode Youth Philippines di Manila, Sabtu (19/5).

Menurut Benny, penolakan di dua negara tersebut tidak dibarengi tindak kekerasan melainkan aksi unjuk rasa. Kemudian di Korea penolakan diikuti pembatasan penonton hanya bagi yang berusia di atas 18 tahun.

"Kalau penganut Kristen garis keras memang menolak. Artinya, kemudian ada kompromi yang boleh menonton adalah di atas usia 18 tahun. Itu di Korea Selatan, tapi gereja Katolik tidak pernah melarang konsernya. Tidak pernah meskipun di Filipina juga diprotes," ungkap Benny.

Laman Huffingtonpost melansir kicauan Lady Gaga melalui twitter tentang album terbarunya, Born This Way yang menyatakan lagu Born This Way sebagai ´lagu kebangsaan´ bagi generasinya. Namun lirik lagu Judas dan Bloody Mary dinilai menghujat ajaran Katolik Roma.

Bagi mereka yang berusia di atas 40-an tentu ingat lirik lagu Madonna pada Material Girl yang mengundang kontroversi karena mengkritik peran kardinal dan pastor di gereja Katolik Roma.

Terkait penghujatan terhadap simbol-simbol gereja seperti dilakukan Lady Gaga dan Madonna, di mata Benny, hal itu juga dilihat gereja.

"Gereja itu sebenarnya tahu bahwa itu ngeledek. Tapi kan gereja melihat itu sesuatu yang dilihat ya sudah. Kan kita punya kematangan beriman ya. Artinya, kan tidak menggoncangkan iman," ungkap Benny lagi.

Sikap negara
Terkait dengan pelarangan konser, menurut Benny, sebaiknya publik menyerahkan mekanisme tersebut pada pemerintah dengan mekanisme peraturan. Dalam mekanisme itu kan konstitusi menjamin kebebasan berekspresi dan berpendapat dalam bentuk kesenian, namun kesenian dalam konteks ke-Indonesia-an. "Jadi konser Lady Gaga harus dilihat sesuai kultur Indonesia."

"Kriteria-kriteria itu bila panitia, kepolisian, yang menolak ketemu, kemudian membuat kriteria-kriteria yang sama. Mana yang boleh mana yang tidak kalau mekanismenya diterima tidak ada masalah kan asal mengikuti kriteria yang sudah ditentukan keduabelah pihak. Baik yang pro atau yang kontra itu," ungkapnya lagi.

Dalam pertunjukannya nanti, Benny berharap, Lady Gaga tidak perlu mengekspos penghinaan agama karena itu akan menimbulkan penolakan maka harus disesuaikan.

"Misalnya dalam pertunjukan dia nggak boleh mengeksploitasi hal-hal yang menyentuh SARA, suku dan agama. Itu harus sopan, pertunjukan itu anak-anak nggak boleh nonton," tambahnya lagi.

Terkait tudingan Beyonce sebagai pengikut Iluminati, menurut Benny, musik itu memiliki banyak aliran atau genre. Dulu Rock Barock juga membuat hal yang sama seperti menyembelih ayam dan sebagainya. Namun hal itu lebih kepada upaya menarik perhatian.

"Apakah betul dia penganut itu kan belum tentu. Ini kan hanya rock dia ingin menarik perhatian dia ingin berkreasi dia ingin mencoba mencari kepastian itu. Itu bagian dari sensasi, fantasi, kombinasi beberapa musik. Karena dia ingin mendapatkan berbeda dengan bintang yang lain," tambah Benny.

Menurutnya, Vatican sampai hari ini tidak berkomentar karena memang tidak mengurus hal seperti itu. "Davinci Code yang dulu juga kontroversial gereja tidak pernah melaang filmnya kan. Karena kita selalu kalau hal-hal seperti itu kita sudah punya pengalaman awal. Pelarangan dan sebagainya malah membesarkan dia."

Menurutnya, untuk hal-hal seperti Katolik Roma sudah percaya diri dan pengalaman mengatasinya.

"Davinci Code itu kan pada akhinya muncul banyak buku yang mengoreksi ajaran agama seolah-olah tapi kita tidak pernah khawatit. Apalagi Lady Gaga pengaruhnya kan tidak sebesar film Da Vinci Code itu," ungkapnya lagi.

BACA JUGA: