JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah Indonesia optimis pada tahun 2030, Indonesia akan mampu menghindari jebakan negara berpendapatan ekonomi menengah (middle income trap) dan menjadi negara berpendapatan tinggi (high income country). Menanggapi optimisme yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri tersebut, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sri Adiningsih mengatakan optimisme tersebut terlalu berlebihan dan justru lebih mirip seperti mimpi. Hal tersebut dikemukakan oleh Sri ketika dihubungi Gresnews.com, Sabtu (14/12). "Sudahlah tidak usah bermimpi terlalu tinggi dan muluk-muluk, sekarang rumuskan saja solusi taktis untuk problem-problem jangka pendek terlebih dahulu," ujarnya.

Menurut Sri daripada memprediksi seperti apa Indonesia pada tahun 2030, pemerintah sebaiknya berpikir keras dan merumuskan kebijakan seperti apa yang harus diambil agar nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tidak terus menerus mengalami pelemahan seperti saat ini. "Nanti kalau rupiah terjun bebas, pemerintah harus bertanggung jawab lho," ujarnya. Selain melemahnya mata uang, saat ini angka inflasi juga semakin tinggi dan pertumbuhan ekonomi juga terus mengalami penurunan. Neraca perdagangan juga mengalami defisit karena ketergantungan yang tinggi terhadap produk impor. Tidak hanya itu daya saing produk Indonesia di pasar domestik juga sangat rendah karena nilai jualnya yang begitu tinggi dan tidak bersaing yang disebabkan inefisiensi produksi dan korupsi yang tinggi. "Kalau tidak ada perubahan tidak usah bermimpi macam-macam dulu sekarang rumuskan saja solusi untuk masalah-masalah tersebut," ujarnya.

Dalam Seminar Internasional mengenai Middle Income Trap yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Bank Indonesia (BI) di Nusa Dua, Bali, Kamis kemarin, Menteri Keuangan Chatib Basri mengemukakan Indonesia dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 5.170 telah menjadi negara kelas menengah dan belum masuk dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Chatib yakin Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk naik kelas ke kelompok negara berpendapatan tinggi.

Menkeu yakin bahwa Indonesia mampu naik ke kelas negara berpendapatan tinggi karena memiliki potensi ekonomi yang sangat besar berupa kekayaan alam dan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta orang. "Indonesia telah memasuki kategori berpendapatan menengah pada awal tahun 1990-an maka peluang terhindar dari middle income trap masih cukup besar, secara demograsi struktur penduduk di Indonesia juga didominasi oleh kelompok produktif yang sangat menguntungkan bagi perekonomian nasional yang dikenal sebagai bonus demografi. Selain itu, kinerja ekonomi makro kita cukup baik," ujarnya.

Namun menurut mantan kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) tersebut tidak mudah memang untuk melakukan lompatan dari kelompok negara kelas menengah kepada kelompok negara berpenghasilan tinggi. Studi Bank Dunia menurutnya menunjukkan bahwa negara yang terperangkap ke dalam jebakan kelas menengah jauh lebih banyak dibandingkan yang menjadi negara berpenghasilan tinggi.

BACA JUGA: