PATAHAN perubahan di era 1998 tidak memiliki suatu konsep konsolidasi yang dirumuskan dengan baik. Padahal, pada umumnya patahan perubahan yang terjadi pada bangsa ini biasanya dipersiapkan secara matang.

Saat perubahan 1998, para mahasiswa dan pejuang membawa tuntutan sendiri. "Kalaupun ada skripnya itu bukan dibuat oleh kita, tapi oleh Letter of Intent (LoI) yang dibuat IMF (International Monetary Fund)," kata politikus PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, di Jakarta, Sabtu (19/5).

Analis ekonomi Yanuar Rizki, mengutip pidato Bung Hatta pada 1956, menyatakan bahwa syarat terjadinya perubahan apabila ada aktornya, kemudian aktor itu mengetahui bangsa ini mau dibawa ke mana. Terakhir aktor itu harus konsisten dan bertanggung jawab.

"Tokoh-tokoh reformasi muncul pada saat itu lebih banyak orang yang berada di tikungan karena masyarakat jenuh," ujar Yanuar.

Budiman melanjutkan, pergeseran di tahun 1998 itu sangat bertolak belakang dengan era Kemerdekaan Indonesia pada 1945. Dimana ketika itu terjadi dialog antara tokoh politik bangsa yang tergabung dalam BPUPKI sehingga menghasilkan pidato monumental Bung Karno pada 1 Juni yang melahirkan Pancasila.

"Sehingga tatkala Indonesia merdeka 17 Agutsus 1945, sehari kemudian kita sudah bisa merumuskan apa tujuan merdeka," kata Budiman.

Kemerosotan ekonomi
Situasi perekonomian saat ini tidak lebih baik ketimbang era sebelum reformasi. Asumsi itu tercermin dari dibukanya keran impor produk pangan.

Lemahnya nilai tukar telah merontokkan segala hal yang akhirnya merembet ke harga sembilan bahan pokok.

Akibatnya, jika terjadi pergeseran akan mempercepat nilai tukar inflasi. "Kita lihat terjadi persoalan ekonomi yang mengkhawatirkan. Sekarang kita menjadi nett importir konsumsi langsung," kata Yanuar.

BACA JUGA: