JAKARTA, GRESNEWS.COM - Indonesia dinilai perlu mengambil peran dalam upaya menuntaskan praktik genosida terhadap warga Rohingnya. Sebab selama ini organisasi terbesar dikawasan  Asia ASEAN tidak berperan untuk mengambil langkah-langkah utuk menyelamatkan warga Rohingnya kekerasan etnis ditanah kelahirannya. Pernyataan tersebut disampaikan Pelaksana Tugas Ketua DPR RI Fadli Zon,  setelah mengunjungi kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh.

Menurut Fadli diperlukan kekuatan politik (political will) untuk menyelesaikan kejahatan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya di Myanmar. Untuk itu, dibutuhkan peran negara-negara Asean termasuk Indonesia sebagai negara pemimpin di kawasan.
 
"Salah satu yang ditunggu adalah peran Indonesia. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia dan juga leader di Asean, saya kira harus betul-betul serius menanggapi persoalan ini," kata Fadli di Senayan, Jumat (22/12).
 
Sepulangnya dari kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh, Fadli menerima kunjungan Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Major General Asmar Kabir dan Indonesian Humanitarian Alliance di Gedung DPR RI, Senayan, Jumat (22/12).
 
Fadli yang sempat menerima kunjungan Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Major General Asmar Kabir dan Indonesian Humanitarian Alliance di Gedung DPR RI menyatakan menyayangkan ASEAN yang belum berfungsi dengan baik dalam menangani kasus Rohingya. "Bahkan, Asean dinilai cenderung menutup mata karena adanya sistem konsensus," ujarnya, seperti dikutip dpr.go.id.
 
Menurutnya, Indonesia sebagai pemimpin di Asean harus mampu memainkan perannya dalam melakukan diplomasi terkait penyelesaian konflik Rohingya secara permanen.
 
Ia berharap pemerintah bisa terus mengupayakan suatu usaha diplomatik di wilayah Asia Tenggara. Sebab diketahui sampai sejauh ini Asean tidak berfungsi dengan baik, di dalam menangani persoalan Rohingya. "Sangat disayangkan, karena ini terjadi di depan mata kita," tandas Fadli.
 
Politisi asal  F-Gerindra ini mengingatkan, MoU antara Bangladesh dengan Myanmar untuk pengembalian pengungsi Rohingya (repatriasi) bisa dilaksanakan dan diawasi dari lembaga-lembaga independen untuk menjamin pemerintah Myanmar memberikan keamanan etnis Rohingya.
 
Menurut Fadli persoalan itu telah menjadi masalah dunia karena Bangladesh menerima lebih dari 1 juta pengungsi dan masih akan terus bertambah.  Ironinya, 500.000 diantaranya adalah anak-anak dan 30.000 anak sudah menjadi yatim piatu, sehingga ini menjadi masalah bermasalah,.
 
Apalagi menurut dia para pengungsi yang berada di Kutupalong, Cox’s Bazar, Bangladesh membutuhkan perhatian khusus karena maraknya pengungsi yang terjangkit wabah penyakit (epidemi).  Pengungsian Cox’s Bazar yang mencapai luas 3.000 hektare dan menjadi tempat pengungsi terluas di dunia. Dari pantauan di lokasi ada beberapa organisasi kemanusiaan Indonesia yang sudah turut aktif berperan memberikan bantuan mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) dan Aksi Cepat Tanggap Indonesia (ACT). (rm)

BACA JUGA: