JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah diingatkan untuk memitigasi dan mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga minyak dunia. Gejala tersebut terlihat dari tren kenaikan harga minyak saat ini yang sudah mencapai 65 USD / Barel.

Hal itu disampaikan anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar demi melihat tren kenaikan harga minyak dunia. Menurutnya jika kenaikan ini terus terjadi dalam jangka panjang maka akan mempengaruhi Anggaran Penerimaan Belanja Negara (APBN) tahun 2018 yang telah mematok International Crude Price (ICP) di harga 48 USD/barel.

"Di tengah tren penurunan produksi minyak nasional, tentu saja situasi ini dapat membebani anggaran negara dan konsumsi publik. Mengingat hampir setengah dari konsumsi minyak nasional diperoleh dari importasi," ujar Rofi dalam keterangan tertulis, Jumat (10/11).

Pemerintah dan DPR telah menetapkan postur APBN 2018 berdasarkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,4 persen, inflasi 3,5 persen, suku bunga SPN tiga bulan 5,2 persen dan nilai tukar Rp 13.400 per dollar AS. Sementara harga minyak mentah Indonesia (ICP) dipatok 48 dolar AS per barel, lifting minyak 800 ribu barel per hari dan lifting gas 1.200 ribu barel setara minyak per hari.

Politisi PKS ini menilai kenaikan harga BBM ini terjadi lebih banyak terkait faktor geopolitik dan kebijakan negara produsen minyak. Diantaranya imbas dari proses reformasi hukum yang terjadi di negara produsen utama minyak dunia Arab Saudi, juga penurunan rig yang beroperasi di Amerika Serikat dan kesepakatan negara-negara penghasil minyak (OPEC) untuk memotong produksi mereka.

"Tapi atas dasar itu pula, maka sudah sepantasnya Indonesia lebih cermat dalam menggunakan alokasi energi nasional," ujarnya.

Menurutnya ditengah upaya pemerintah menggenjot infrastruktur dan proyek padat modal, perlu ada langkah-langkah dan perhitungan yang cermat dalam mengantisipasi kenaikan minyak dunia ini.

Diungkapkan Rofi, sebenarnya kenaikan minyak dunia sudah dipredksi, meski selama beberapa tahun terakhir kita masih merasakan harga minyak dunia yang rendah dibawah 50 USD / barel. Hanya saja disaat kondisi minyak rendah arah pengembangan energi alternatif belum optimal dikelola. Oelh karena itu sangat dimungkinkan kenaikan minyak dunia kali ini akan berimbas langsung kepada masyarakat.

"Kita juga mengingatkan secara khusus kepada PT Pertamina sebagai operator yang menjalankan kebijakan BBM satu harga untuk menghitung secara seksama," ujar Rofi, seperti dikutip dpr.go.id.

Dalam penutupan pekan lalu minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, telah naik USD0,24 menjadi menetap di USD54,54 barel di New York Mercantile Exchange. Secara global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, naik USD0,13 ditutup pada USD60,62 per barel di London ICE Futures Exchange. (rm)

BACA JUGA: