JAKARTA, GRESNEWS.COM - Mantan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Armando Mahler mengakui adanya keterkaitan perusahaan tambang tersebut dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Sungai Memberamo dan Sungai Urumuka, Papua. Walaupun pengakuan tersebut dikatakan secara tak langsung karena ada maksud tersembunyi dengan mendukung program itu, lantaran cuma ingin menikmati tambahan listrik buat menopang kebutuhan operasional perusahaan dan karyawan perseroan milik Amerika Serikat.

Armando mengatakan hal itu selepas menjalani pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pekerjaan Detailed Engineering Design PLTA Sungai Memberamo dan Sungai Urumuka dengan tersangka Janes Johan Karubaba (JJK), di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat (26/9) malam. Awalnya, dia mengaku dicecar penyidik ihwal proses DED. Tetapi, dia mengaku tidak tahu, hanya saja dia menyatakan siap membeli listrik dari instalasi itu.

"Desain Engineering Detail nah saya itu enggak tahu, itu kan urusan desain. Kita itu, kalau sudah ada listriknya kita beli," ucap Armando.

Armando berkilah, awalnya Freeport sudah berencana membangun tiga PLTU dengan kapasitas 65 megawatt full plant, buat memasok kebutuhan perusahaan. Tetapi, dia berdalih terpaksa mendukung ketika program PLTA Memberamo bergulir.

"Berhubung ada program pemerintah, kalau kami enggak beli listriknya kasihan dong. Masa kami enggak dukung program pemerintah. Jadi terpaksalah itu," sambung Armando.

Menurut Armando, dari data proyek dia dijanjikan PLTA itu bakal memasok listrik dengan kapasitas 300 sampai 400 megawatt. Sebagian besar dari pasokan listrik itu mengalir untuk operasional PT Freeport, seperti perumahan, serta pabrik. Dan sisanya baru digunakan untuk keperluan masyarakat.

Padahal, proyek PLTA itu dibiayai oleh pemerintah. Armando mengakui pihaknya menikmati keuntungan bila instalasi itu sudah berjalan. Karena harga listriknya jauh lebih murah karena menggunakan tenaga air. Jauh lebih murah daripada harga listrik pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara.

Armando mengaku pernah berkomunikasi dengan mantan Gubernur Papua, Barnabas Suebu, yang juga menjadi salah satu tersangka. Sebab, dia juga mengatakan sudah ada kerjasama dengan pihak pemerintah setempat, dan Freeport sudah menanamkan modal. Meski begitu, dia tidak merinci berapa nilai investasi sudah disetor Freeport.

"Soal kerjasama dengan pihak Pemda, kalau kerjasama itu artinya saling jadi satu. Ada saham, tapi ada produknya kami beli," kata Armando.

Namun, menurut Armando, dengan terbongkarnya kasus ini proses pembangunan PLTA itu terganggu dan mempengaruhi operasi Freeport. Sebab, dia mengatakan di masa mendatang mereka butuh pasokan listrik lebih besar. Maka dari itu, dia mengaku mesti putar otak mencari solusinya.

"Kalau tak ada PLTA, kita akan membangun PLTU, penambahan lagi. Karena tahun 2021 kita butuh lagi, meningkat," cetusnya.

Armando mengklaim, Freeport sudah punya rencana membangun sumber tenaga pengganti PLTA Memberamo dengan membeli tiga PLTU di forth site dengan full plant lima megawat ditambah tenaga diesel. Hal itu dilakukan, sebab proyek ini tinggal angan-angan lantaran tersangkut perkara hukum.

BACA JUGA: