JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrat Umar Arsal mengaku sudah lama menanti panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengklarifikasi dugaan penggunaan uang negara dalam Kongres Partai Demokrat 2010 di Bandung.

"Sejak Februari saya berharap dipanggil KPK untuk memberikan informasi yang berimbang untuk permasalahan kongres," kata Umar saat selesai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (2/10). "Karena memang saya betul bertanggung jawab untuk kemenangan Anas (Urbaningrum) di Sulawesi. Hari ini saya berterima kasih sama KPK. Dipanggil, supaya saya bisa memberikan penjelasan yang jelas, konkret, dan mudah-mudahan ini bisa clear," jelasnya.

Umar mengakui, peserta kongres diberikan uang pengganti transport. Namun, hanya sebatas uang transport, dan tidak lebih dari itu atau uang suap untuk pemenangan Anas sebagai ketua umum.

Seperti diberitakan sebelumnya, nama Umar Arsal pertama kali disebut oleh saksi untuk terpidana kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Muhammad Nazaruddin, Diana Maringka yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang Minahasa Tenggara Partai Demokrat.

Diana mengaku, dirinya mendapatkan uang sebesar USD 7.000, Rp100 juta, dan Rp30 juta dalam beberapa tahap saat kongres tersebut berlangsung. Uang itu diklaim Diana, sebagai imbalan untuk memenangkan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. "Uang itu dari Pak Umar Arsal, dari tim sukses Pak Anas," ucap Diana.

Hal senada diungkap Nazaruddin. Dia mengaku, ada aliran dana proyek Hambalang yang mengalir ke Anas. Nazar mengatakan, Anas membagi-bagikan hampir US$ 7 juta kepada sejumlah dewan pimpinan cabang pada Kongres Partai Demokrat di Bandung. Uang US$7 juta itu, menurut Nazar berasal dari PT Adhi Karya selaku pelaksana proyek Hambalang. Namun, tudingan Nazaruddin itu tidak pernah terbukti. Anas pun sudah berkali-kali membantah tuduhan Nazar soal politik uang dalam kongres di Bandung pada 2010.

BACA JUGA: