JAKARTA - Total ekspor Indonesia pada Januari-November 2012 tercatat sebesar US$174,8 miliar dan diperkirakan dapat mencapai US$190 miliar, sementara total impor pada periode tersebut tercatat US$176,1 miliar sehingga terjadi defisit US$1,3 miliar.

"Defisit neraca perdagangan disebabkan oleh meningkatnya defisit perdagangan migas yang mencapai US$4,8 miliar, sementara neraca perdagangan non migas mengalami surplus US$3,5 miliar," kata Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan, siaran pers di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (4/1), seperti dilansir setgab.go.id

Menurutnya, kontribusi ekspor non migas selama Januari-November 2012 sangat tinggi terhadap total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 85% dibandingkan dengan kontribusi ekspor migas yang hanya mencapai 19,5%.

Sementara neraca perdagangan pada November 2013 mengalami defisit US$478,4 juta, menurun dibandingkan defisit bulan lalu yang mencapai US$1,9 miliar, dipicu oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,4 miliar sementara neraca perdagangan nonmigas mengalami surplus US$879,8 juta.

Dia menambahkan, memburuknya neraca perdagangan periode Januari-November 2012 tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga negara-negara lain seperti Jepang dan Hong Kong yang defisit perdagangannya meningkat masing-masing 166,8% dan 12,4%.

Dia menjelaskan, melambatnya kinerja ekspor Indonesia periode Januari-November 2012 selain disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan oleh menurunnya harga beberapa komoditas utama ekspor Indonesia. Hal ini terlihat dari sisi volume ekspor yang mengalami peningkatan 2,3%, namun nilainya mengalami penurunan 6,3%.

"Beberapa komoditas yang pertumbuhan volume ekspornya mengalami perlambatan namun nilainya mengalami penguatan antara lain bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati," ucapnya.

Sementara di bidang impor, peningkatan di bulan November didorong oleh tingginya permintaa gas yang naik 73,7%, sedangkan komoditas nonmigas yang naik antara lain peningkatan impor kapal laut dan bangunan terapung, kapal terbang, dan bahan kimia organik.

Mendag Gita memperkirakan, perekonomian dunia pada 2013 masih akan terus melambat, sehingga menghambat kinerja ekspor tahun ini. "Jika nilai ekspor dapat mencapai seperti tahun 2012 lalu, itu sudah bagus," katanya.

Saat ini, katanya, Indonesia masih sangat tergantung dengan ekspor komoditas sebesar 65%, sehingga saat harga komoditas dunia turun, nilai ekspor Indonesia juga turun.

Untuk mempertahankan kinerja ekspor 2012 itu, lanjutnya, diperlukan hilirisasi dan substitusi impor. "Ke depan, Indonesia harus mengekspor produk yang bernilai tambah, sehingga nilai ekspornya akan meningkat. Selain itu, hilirisasi juga akan berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Substitusi impor juga harus terus didorong agar ke depan industri tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. "Saat ini substitusi impor sudah terlihat, di mana impor barang modal dan bahan baku tahun ini masing-masing meningkat 20% dan 8%, sementara impor barang konsumsi turun 0.4%," tuntasnya.

BACA JUGA: