JAKARTA - PT Eden Pangan Indonesia THEX menanggapi dan mengklarifikasi tudingan beberapa karyawan bagian penjualan (sales) bahwa pihak perusahaan telah membuat aturan sepihak yang merugikan hak mereka berupa pemotongan gaji dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Wulaida Fuji Novitasari, yang berbicara mewakili PT Eden Pangan Indonesia THEX, menegaskan pihaknya telah menjalankan tindakan sesuai aturan yang berlaku dalam mengambil keputusan. Misalnya, terkait kasus Madona Wijaya (Dona), yang telah disampaikan kepada ketua tim (team leader).

"Pada saat dia sepakati Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), sudah jalan program itu, sudah di-sounding oleh team leader-nya, oleh areal manager-nya (AM), jika ada kebijakan baru dan itu bisa mempengaruhi masalah benefit atau misalnya gaji. Jika si sales atau field sales itu tidak (mencapai) perfomance atau tidak order satu hari tiga penjualan, itu dianggap alpa. Itu sudah disosialisasikan kepada field sales," kata Wulaida kepada Gresnews.com, Sabtu (2/5).

Sebelumnya Dona menyatakan ia telah diberhentikan dan digaji tak sesuai dengan PKWT oleh Yayasan Colony, yang bernaung di bawah PT Eden Pangan Indonesia dan THEX. Begitu juga karyawan lainnya, Vindra Agastya Harianto, yang menyesalkan adanya aturan sepihak dari perusahaan.

"Penjualan semakin susah sejak korona merebak dan perusahaan memotong gaji seenaknya saja," kata Vindra kepada Gresnews.com, Kamis (30/4) menjelang Hari Buruh 1 Mei.

Wulaida menegaskan persoalan para tenaga sales tersebut tidak terkait masalah korona. Kebijakan dan aturan perusahaan sudah disosialisasikan secara lisan maupun tertulis. Namun mereka tidak mencapai target yang ditetapkan dalam Key Performance Indicator (KPI).

KPI adalah alat ukur yang menggambarkan efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya. Perusahaan menggunakan KPI untuk mengukur kesuksesan pencapaian target mereka.

"Nah, ketentuan perusahaan sebagai sales itu apa sih selain KPI? Tidak ada lagi yang lain menurutku. Yang jelas itu adalah KPI. Si anak tersebut (Dona) dalam satu hari itu tidak ada orderan yang masuk. Apakah pantas dipertahankan?" katanya.

Menurutnya, masalah ini sudah cukup jelas. Kalau pun ada masalah, itu hanya beberapa saja yang salah menafsirkan soal kebijakan. Apakah itu salah di perusahaan,atau salah di tenaga sales-nya? Kalau cuma 20/80 mungkin bisa disalahkan orangnya.

"Tapi kalau salah semua, itu mungkin bisa disalahkan perusahaannya yang tidak bisa menjelaskan. Karena dari awal perusahaan sudah menginformasikan bahwa sales itu ada masa uji coba," ujarnya.

(G-2) 

BACA JUGA: