JAKARTA, GRESNEWS.COM - Pemerintah Indonesia saat ini tengah gencar-gencar mengundang investor berinvestasi di Indonesia. Promosi investasi tak hanya dilakukan di forum-forum resmi kenegaraan, seperti dilakukan Presiden Jokowi di forum KTT APEC di Beijing, China. Promosi juga dilakukan jajaran menterinya dengan mengundang langsung investor dari luar negeri. Seperti dilakukan Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo yang mengundang investor Amerika Serikat ke Indonesia.

Indroyono mengatakan investor dari Amerika Serikat tersebut akan berinvestasi sebesar Rp730 triliun untuk lima tahun ke depan. Rencananya para investor tersebut akan berinvestasi di sektor rel kereta api, pelabuhan, listrik, pariwisata, minyak dan gas, serta perikanan.

Pihaknya telah menjanjikan para investor akan leluasa untuk berinvestasi di Indonesia, sebab pemerintah berjanji akan memberikan kemudahan dalam proses perizinan dan pembebasan lahan. Pasalnya selama ini pembebasan lahan selalu menjadi kendala pembangunan di Indonesia. Indroyono juga berjanji akan memberikan garansi, jika para investor merasa dalam berinvestasi mendapatkan masalah untuk pembebasan lahan.

"Kementerian Keuangan sudah memberikan garansi atau jaminan proyek. Jadi saya buka (investasi) ke mereka (investor)," kata Indroyono, Jakarta, Rabu (12/11).

Menanggapi hal itu, Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Ina Primiana mengatakan sebelum melakukan kerjasama dengan pihak asing, pemerintah Indonesia juga harus menyiapkan peraturan dan kebijakan untuk mengatur mekanisme pola kerjasama. Artinya, para investor asing ketika ingin berinvestasi, pemerintah juga harus memperhitungkan pengusaha dalam negeri untuk dilibatkan.

Kemudian, pemerintah juga harus menyiapkan infrastruktur dan kelembagaan baik secara SDM (Sumber Daya Manusia) dan teknologi. Misalnya, perijinan dan pembebasan lahan dipermudah hingga di tingkatan daerah. Menurutnya jangan sampai ketika Presiden Jokowi dan para menteri mengundang investor dengan gencarnya, tapi persiapan administrasi hingga operasionalnya belum matang. "Jangan sampai jadi bumerang. Ketika mereka (investor) datang. Kita belum siap pelayanannya," kata Ina kepada Gresnews.com.

BACA JUGA: