JAKARTA, GRESNEWS.COM - Warga Negara Indonesia (WNI) di Korea Selatan harus waspada terhadap Virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan mengikuti imbauan Kementerian Kesehatan setempat. Virus yang menyerang sistem pernafasan ini telah menewaskan empat orang di Korea Selatan dan menginfeksi puluhan orang, ratusan sekolah akhirnya ditutup.

"KBRI Seoul mengimbau WNI untuk lebih berhati-hati dan menaati imbauan yang disampaikan Kemenkes Korsel," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu M Iqbal, Jumat (5/6) malam.

Menurut Iqbal, Kemenkes Korsel sudah menyampaikan imbauannya kepada masyarakat yakni menghindari keramaian, menggunakan masker di tempat umum, rajin mencuci tangan dan segera ke rumah sakti bila mengalami gejala terpapar virus MERS.

"Hingga kini, belum ada travel warning dari Pemerintah Korsel untuk warga asing. Kedutaan asing lain juga belum mengeluarkan hal serupa," sambung Iqbal.

Pejabat Kementerian Kesehatan Korea Selatan, Kwon Jun-wook, mengatakan pihaknya telah mengkarantina lebih dari 680 orang yang diduga telah berhubungan langsung dengan pasien-pasien MERS. Sejauh ini tercatat sudah ada laporan 17 kasus MERS sejak bulan lalu.

Dikutip dari kantor berita AFP, Sabtu (6/6) lebih dari 900 sekolah mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi meliburkan siswa-siswinya. Sampai dengan Rabu (3/6) lalu, pihak otoritas setempat juga menerima lebih dari 3.000 panggilan melalui hotline yang disediakan akibat kepanikan warga yang luar biasa.

Pejabat Kementerian Kesehatan Korea Selatan, Kwon Jun-wook, mengatakan pihaknya telah mengkarantina lebih dari 680 orang yang diduga telah berhubungan langsung dengan pasien-pasien MERS. Sejauh ini tercatat sudah ada laporan 17 kasus MERS sejak bulan lalu.

Menurut Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit Uni Eropa (ECDC), Korsel kini menempati peringkat ketiga dalam daftar negara-negara dengan jumlah pasien MERS terbanyak. Peringkat pertama dan kedua diduduki Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, dua orang yang terdiri dari perempuan dan pria menjadi korban yang meninggal akibat virus MERS di Korea Selatan ini. Pasien pertama adalah perempuan berusia 58 tahun yang kontak langsung dengan seorang warga Korea Selatan yang mengunjungi Timur Tengah. Pasien kedua adalah seorang pria berusia 71 tahun.

Korban meninggal pertama kasus MERS tercatat pada Juni 2012 di Arab Saudi. Virus ini berasal dari keluarga koronavirus yang meliputi virus flu dan SARS, dan dapat menyebabkan demam, gangguan pernapasan, pneumonia dan gagal ginjal.

Berdasarkan data ECDC, terdapat 1.167 kasus MERS di seluruh dunia. Sebanyak 479 orang di antara mereka telah meninggal.

Anggota Tim Darurat Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk MERS CoV, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan rangkaian kasus MERS yang terjadi di Korea Selatan melalui keterangan tertulisnya pada Rabu 3 Juni 2015. Ada 14 orang yang tertular dari seorang pasien pembawa penyakit MERS CoV ke Korea Selatan.

"Kasus indeks, atau pasien yang pertama membawa MERS CoV pertama kali adalah laki-laki 68 tahun," katanya dalam keterangan tertulisnya.

Lelaki ini sebelumnya jalan-jalan ke beberapa daerah. Pada 18-29 April 2015 lelaki itu pergi ke Bahrain. Lalu pada 29-30 April 2015, ia sempat singgah di Uni Emirat Arab. Selanjutnya, 30 April - 1 Mei 2015 kembali lagi ke Bahrain kemudian pada 1-2 Mei ke Arab Saudi. Ia kembali lagi ke Bahrain, dan pada 2- 3 Mei 2015 di Qatar.

"Kasus indeks tiba di bandara Internasional Incheon via Qatar pada 4 Mei, tanpa keluhan," katanya. Gejala awal, seperti demam dan batuk, baru timbul pada 11 Mei. Lelaki itu lalu berobat ke beberapa klinik. Hasil pemeriksaan laboratorium mengatakan pasien positif terinfeksi MERS CoV pada 20 Mei 2015.

Lalu pasien dipindahkan ke rumah sakit rujukan yang terdapat ruang isolasi. Pasien sempat dalam kondisi stabil. Pasien, kata Tjandra, tidak memiliki riwayat paparan faktor risiko lain seperti kontak dengan unta atau kontak dengan pasien Mers-CoV dalam 14 hari sebelum timbul gejala awal.

Kasus kedua di Korea Selatan adalah perempuan 64 tahun. Dia adalah istri dari kasus indeks. Dia merawat suaminya selama sakit. Kasus ketiga terjadi pada laki-laki 76 tahun. Pria itu kebetulan dirawat inap di satu kamar dengan kasus indeks sebelum pasien ditempatkan di ruang isolasi. "Jadi, penularan terjadi di rumah sakit kepada sesama pasien yang tadinya dirawat dengan sakit lain," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Kasus keempat adalah perempuan 46 tahun. Wanita itu mengurus ayahnya, yang merupakan pasien MERS CoV pada kasus ketiga. Kasus keempat ini bisa saja tertular langsung dari indeks kasus atau pasien pertama yang dinyatakan positif MERS CoV."Yang mengkhawatirkan bila kasus keempat ini tertular dari kasus ketiga, ini semacam penularan berkelanjutan," kata Tjandra.

Kasus kelima dialami seorang dokter laki-laki 50 tahun yang merawat kasus indeks. Hal ini adalah bentuk penularan MERS CoV ke petugas kesehatan yang selama ini sudah beberapa kali ditemui.

Selanjutnya kasus keenam adalah laki-laki 71 tahun yang dirawat di bangsal yang sama dengan kasus indeks. Kasus ketujuh adalah penyedia layanan kesehatan 28 tahun yang terlibat dalam perawatan kasus indeks. Kasus kedelapan adalah seorang perawat perempuan 46 tahun yang bekerja di klinik.

Kasus kesembilan adalah pasien laki-laki 56 tahun yang dirawat di bangsal yang sama dengan kasus pertama saat ia berada di rumah sakit. Pada kasus kesepuluh dialami seorang pasien wanita 79 tahun yang dirawat di bangsal yang sama dengan kasus indeks. Sama halnya dengan kasus kesebelas.

Kasus kesebelas adalah perempuan 49 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia di bangsal yang sama dengan kasus indeks. "Kasus kesebelas ini jaraknya cukup jauh dari kasus indeks, karena satu perempuan dan satu laki-laki. Walaupun jauh tapi toh bisa tertular juga," katanya.

Selanjutnya, kasus kedua belas adalah laki-laki 49 tahun, suami dari kasus kesebelas. "Ini juga mengkhawatirkan, apakah kasus kedua belas ini tertular dari kasus ke satu, atau tertular dari istrinya," katanya. Bila tertular dari istrinya maka artinya ada penularan berkelanjutan.

Kemudian pada kasus ketigabelas yang telah dikonfirmasi laboratorium di Cina pada tanggal 29 Mei adalah laki-laki berusia 44 tahun. Ia adalah dan anak dari kasus ketiga dan adik dari kasus keempat. Dia tiba di Hong Kong Cina, pada 26 Mei, lalu melakukan perjalanan ke Huizhou melalui pintu masuk di Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong.

Tjandra mengaku khawatir apakah dengan bepergian dari Korea Selatan ke Tiongkok akan menularkan penyakit ini ke orang lain di Tiongkok.

Lalu kasus keempatbelas adalah seorang pria 35 tahun yang dirawat di bangsal yang sama dengan kasus pertama. Kasus kelimabelas adalah seorang pria 35 tahun yang ibunya dirawat di rumah sakit yang sama dengan kasus pertama.
Pasien kelimabelas ini mengunjungi ibunya setiap hari ketika ia berada di rumah sakit. Jadi, sambil merawat ibunya yang bukan sakit MERS CoV, pasien kelima belas ini tertular karena datang ke rumah sakit yang ada kasus MERS CoV nya.

Sebagai salah satu dari 17 pakar dunia yang akan melakukan pertemuan terkait MERS CoV ini, ia akan mengamati perkembangan kasus di Korea Selatan yang dikhawatirkan akan menyebar ke Tiongkok. Sebelumnya, secara resmi pemerintah Korea Selatan hari ini melaporkan tambahan 10 kasus MERS CoV ke Badan Kesehatan Dunia. 10 kasus tambahan itu selain dari 15 kasus yang sudah dijelaskan sebelumnya. (dtc)

BACA JUGA: