JAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo mengharapkan orentasi pembangunan tidak hanya diperuntukan jangka waktu 10 hingga 20 tahun, tapi untuk 50 tahun hingga 100 tahun. Sehingga dalam mengembangkan fasilitas seperti halnya pelabuhan Presiden menginginkan pengembangan tidak hanya 10 hingga 20 hektar, tapi hingga 200 hektar.

Sebab dengan pengembangan pelabuhan yang luas maka di areal yang sama bisa dibangun pabrik-pabrik dan kawasan industri. Sebab langkah tersebut menjadikan biaya produksi akan lebih murah.

"Dengan fasilitas-fasilitas yang komplit dan semua terintegrasi, saya membayangkan dan juga berhitung bahwa biaya transportasi, biaya logistik kita akan jatuh mungkin bisa separuh atau sepertiga karena sekarang biaya transportasi, logistik kita masih mahal sekali kalau dibandingkan dengan negara tetangga kita,” papar Jokowi, saat meresmikan Revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya dan Terminal Teluk Lamong, di Surabaya, Jumat (22.5) seperti dikutip setkab.go.id.

Menurut Presiden, persaingan sekarang ini bukan lagi persaingan antar provinsi, antar kota, antar kabupaten, tetapi sudah antar negara. Karena itu, jika biaya transportasi dan biaya logistik tidak bisa diturunkan produk kita akan sulit bisa bersaing.

“Kalau bisa menurunkan traffick cost-nya, bisa menurunkan loading dan unloading cost-nya, bisa menurunkan saving cost-nya barang-barang kita, saya yakin bisa bersaing dengan produk-produk dari negara yang lain,” tutur Jokowi.

Presiden mengungkapkan bahwa kasus-kasus sebelumnya yang membangun hanya 50 hektar, belakangan kanan kirinya diduduki masyarakat dan penduduk, akhirnya tidak bisa ekspansi lagi. Pelabuhan-pelabuhan itu menjadi stagnan.

Presiden Jokowi melihat pembangunan Terminal Teluk Lamong berjalan baik dan menjadi contoh bagaimana sebuah BUMN, Pelindo III bekerja sama dengan baik dengan Walikota, dengan Gubernur, dengan Pemerintah Daerah, dengan DPRD sehingga semuanya bisa dilaksakan dengan baik.

Namun, ia mengingatkan bahwa  ini baru tahap awal kapasitas baru 1,5 juta TEUs per tahun. Diharapkan, pada 2020 bisa mencapai paling tidak 5,5 juta TEUs per tahun. Demikian juga di Tanjung Priok, kargonya sekarang masih 5,5 juta TEUs per tahun, diharapkan pada 4 (empat) tahun mendatang sudah mencapai 15 juta TEUs per tahun.

“Meningkatkannya harus meloncat tiga sampai empat kali. Kalau tidak seperti itu, biaya transportasi, biaya-biaya logistik kita akan mahal sekali,” tuturnya.

Dalam sambutannya Presiden Jokowi juga mengingatkan, bahwa 2/3 wilayah Indonesia adalah air. Oleh sebab itu, kita harus mulai kembali berfikir untuk lebih memperhatikan kemaritiman dan kelautan.

Ia membayangkan apabila tol laut bisa direaliasi. Pelabuhan sejumlah pelosok sudah bisa dibangun dengan kapasitas yang memadai. Sehingga dari Belawan  hingga ke Sorong Papua. Pelabuhan - pelabuhan itu bisa dilayari dengan kapal-kapal besar maka. Biaya transportasi dan harga menjadi turun.

Terminal Teluk Lamong sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III, yang difungsikan untuk melayani peti kemas domestik, peti kemas internasional dan curah kering (food green) dengan standar pangan. Terminal yang memiliki luas area 38 hektar itu adalah satu-satunya terminal pelabuhan di Indonesia yang menerapkan konsep Go Green sehingga dalam operasionalnya menggunakan peralatan sumber daya listrik dan meminimalkan mesin diesel. Hanya truk berbahan bakar gas yang diizinkan beroperasi dan kini Terminal Teluk Lamong telah dilengkapi dengan dua unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas.

BACA JUGA: